Menimba Ilmu di Negeri Eks Uni Soviet

Bisnis.com,08 Nov 2013, 14:32 WIB
Penulis: Winda Rahmawati
Wilayah Rusia/Thinkadvisor.com

Bisnis.com, MOSKWA - Rusia, salah satu negara  yang merupakan penjelmaan tidak langsung eks Uni Soviet, menyadari betul kelebihan dan kekuatan untuk bisa bersaing dengan Uni Eropa dan AS sekali pun. 

Potensi inilah yang kemudian dikembangkan oleh pemerintah Rusia sampai saat ini dimana mereka mempunyai kemajuan yang tidak kalah dengan negara-negara barat lainnya.

 “Hal ini mulai disadari oleh kita setelah tumbangnya Orde Baru, potensi dari negara eks Uni Soviet tersebut,” tutur Aries yang kini menempuh studi pasca sarjana di People’s Friendship University of Russia, Moskwa.

Baru pada 2003, katanya, Indonesia mulai melirik Rusia dengan menandatangani kerja sama ekonomi bilateral  kedua negara.

Dari situ mulai terbuka potensi kerja sama kedua negara, dan sejak itu minat pelajar Indonesia untuk kuliah di Rusia mulai bertumbuh.

Aries juga mengatakan sebagian besar mahasiswa Indonesia tertarik untuk belajar di jurusan minyak dan gas bumi.

Rusia memang dikenal sebagai salah satu negara pengekspor gas dan minyak bumi.

Aries menambahkan secara spesifik dan berdasarkan urutan jumlah, mahasiswa Indonesia paling banyak mengambil jurusan oil and gas engineering, ilmu-ilmu politik, dan kedokteran umum.

“Tiga jurusan itu memang jurusan yang diunggulkan disini, walaupun sebenarnya ilmu-ilmu lain tidak kalah bagusnya, tapi ketiga jurusan itu yang lebih dulu established [diunggulkan],” katanya.

Bahkan, Aries pun menilai bahwa ketiga jurusan tersebut bisa dikatakan lebih unggul dibandingkan dengan jurusan di negara-negara lain.

Sementara itu, untuk menempuh perkuliahan, Rusia menyiapkan satu tahun kelas khusus bahasa Rusia bagi mahasiswa asing.

Semua mahasiswa penerima beasiswa yang belajar di Rusia wajib mempelajari bahasa Rusia selama setahun. Sebab, perkuliahan dilaksanakan dengan menggunakan bahasa Rusia.

Agak sulit bagi mahasiswa baru yang sama sekali belum mengerti bahasa yang menggunakan abjad silirik ini, abjad yang dinilai masyarakat sebagai bahasa wolak walik  (artinya bolak balik dalam bahasa jawa). Apalagi saat berinteraksi dengan masyarakat di Rusia, amat jarang sekali orang Rusia yang bisa berbicara dalam bahasa Inggris.

Bahkan, saat berada di fasilitas umum seperti stasiun di kota Moskwa dan St. Petersburg, hampir tidak ada orang Rusia yang bisa berbahasa Inggris. Apalagi di kota kecil selain dua kota tersebut, jarang sekali ada orang Rusia yang bisa berbahasa Inggris.

Hal tersebut diakui juga oleh mahasiswa baru asal Indonesia yang sedang menempuh magister di Orel State University, Orel, Advan Soegiarto Putra. Dirinya menjumpai kesusahan ketika menempuh perjalanan dari Moskwa ke Orel. Bahkan, Advan pun bertanya arah dan tujuan jalan kepada orang asal Afrika yang bisa berbahasa Inggris, bukannya bertanya kepada penduduk Rusia. 

Menurutnya, bagi orang pertama kali yang baru menginjak Rusia yang belum tahu banyak tentang bahasanya, tentunya sangat susah untuk memperoleh informasi.

"Karena kadang mau menanyakan arah tujuan kiita mau pergi kemana itu sangat susah, minta tolong bantuan pun juga susah walaupun ada yang bisa bahasa Inggris tapi gak banyak," katanya.

Advan menambahkan, bahasa Rusia sangat sulit. Dia pun membandingkan dengan bahasa yang sudah dipelajari sebelumnya, yakni Inggris dan Spanyol.

"Tingkat kesulitannya gak sesulit Rusia, karena banyak sekali imbuhan yang harus ditambahkan tergantung dari kalimat, tenses, dari gender. Jadi memang harus banyak latihan untuk bisa lebih lancar mempelajari bahasa Rusia," imbuhnya.

Namun, Advan menilai bahwa mempelajari bahasa Rusia tersebut sangat interesting walaupun sulit.

"Menurutku bahasa Rusia itu kaya karena banyak ekspresi yang bisa disampaikan dengan berbagai macam cara, jadi banyak sekali caranya yang bisa disampaikan," tutupnya.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

  1. 1
  2. 2
Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini