Herbal dengan Kandungan Bahan Kimia Obat Bahaya Bagi Kesehatan

Bisnis.com,08 Nov 2013, 14:38 WIB
Penulis: Peni Widarti
ilustrasi/bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) menyatakan obat tradisional atau herbal yang mengandung bahan kimia obat (BKO) dapat merusak kesehatan dalam jangka panjang.

T. Bahdar J. Hamid, Deputi Bidang Pengawasan Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen BPOM, menerangkan obat tradisional herbal hanya untuk mencegah sakit atau menjaga kesehatan, sehingga tidak bisa dicampur dengan bahan kimia obat yang penggunaannya harus di bawah pengawasan dokter.

“Pelaku usaha obat tradisional yang nakal umumnya ingin mendapat keuntungan yang instan dengan memproduksi jamu dan dicampur BKO agar konsumen merasa langsung sembuh dari sakitnya,” ujarnya dalam konferensi pers di BPOM, Jakarta, Jumat (8/11/2013).

Adapun, dampak pemakaian bahan kimia obat yang tidak sesuai anjuran dokter yakni seperti campuran parasetamol dan fenilbutazon dapat mengakibatkan kerusakan hati, fenilbutazon dan sibutramin HCL dapat menyebabkan kerusakan ginjal.

Campuran tadafil dan natrium diklofenak bisa menyebabkan reaksi fotoensitifitas atau bercak merah pada kulit hingga melepuh, asam mefenamat dan piroksikam bisa menyebabkan luka di lambung dengan gejala nyeri ulu hati, serta sildenafil sitrat dan tadafil bisa menyebabkan gagal jantung.

“Dari tahun ke tahun temuan jamu berbahan kimia ini berubah, dulu banyak ditemukan jamu mengandung bahan kimia yang difungsikan untuk pelangsing [sibutramin], tetapi sekarang kebanyakan tambahan obat stamina dan pegel linu atau anti nyeri seperti parasetamol,” jelasnya.

Berdasarkan temuan kasus sebelumnya, kata Bahdar, pelaku industri obat tardisional yang melanggar peredaran ini memperoleh bahan kimia sintetis dari impor ilegal atau selundupan. Hanya saja, pihaknya belum menyelidiki asal usul bahan kimia tersebut.

BPOM menginformasikan untuk menghindari penggunaan obat tradisional berbahan kimia, sebaiknya konsumen melihat label izin edar yang tertera dalam kemasan. Selain itu, konsumen juga perlu mencurigai apabila jamu yang dikonsumsi menjanjikan efek yang instan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sepudin Zuhri
Terkini