Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Universitas New York Nouriel Roubini menyatakan Indonesian memiliki kondisi yang lebih baik dibandingkan dengan negara berkembang lainnya, dalam menghadapi ancaman krisis akibat pengurangan stimulus moneter Amerika Serikat.
Roubini mengemukakan ada tujuh alasan mengapa Indonesia memiliki kondisi yang lebih dari negara berkembang yang rapuh lainnya, yakni Brazil, India, dan Turki.
Alasan pertama, adalah ekonomi Indonesia telah tumbuh dengan rata-rata 6% dalam beberapa tahun terakhir.
Kedua, Indonesia memiliki ekonomi yang terdiversifikasi. Ketiga, Indonesia memiliki keunggulan dari demografi penduduk dalam menunjang ekonomi.
Keempat, adalah kebijakan yang diterbitkan lebih berorientasi pada pasar dengan memperhatikan prinsip kehati-hatian.
“Indonesia juga memiliki rasio utang pemerintah dan utang swasta yang rendah,” ujarnya dalam Mandiri Investment Forum 2013, Kamis (11/11/2013).
Adapun, dua faktor lainnya adalah permintaan konsumsi domestik yang kuat serta sistim keuangan nasional yang kuat. Roubini juga mengapresiasi kebijakan pengetatan yang dilakukan oleh Pemerintah dan Bank Indonesia.
Kebijakan pengetatan tersebut, tuturnya, diperlukan untuk mengendalikan inflasi dan memecahkan masalah defisit transaksi berjalan .
Khususnya pada pengetatan fiskal, dia berpikir hal tersebut tepat dikeluarkan untuk meredam defisit transaki berjalan dan fiskal. Sementara itu, depresiasi rupiah diperlukan untuk mengekang defisit perdagangan.
Meski pertumbuhan ekonomi melambat hingga kisaran 5,5%-5,8%, tetapi Roubini menilai pertumbuhan tersebut masih cukup bagus dibandingkan dengan negara lain. Dia juga memperkirakan ekonomi Indonesia akan tumbuh minimal 6% pada tahun-tahun mendatang.
Roubini merupakan ekonom yang memprediksi krisis subprime mortgage di Amerika Serikat pada 2008. Dia menulis buku “Crisis Economics: A Crash Course in The Future of Finance.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel