Kenaikan BI Rate Tekan Sektor Riil

Bisnis.com,13 Nov 2013, 16:42 WIB
Penulis: Sukirno

Bisnis.com, MEDAN - Kenaikan suku bunga Bank Indonesia atau BI rate sebesar 25 Bps menjadi 7,5% akan menekan beberapa sektor perekonomian.

Gunawan Benjamin, Dosen Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Sumatra Utara, mengatakan BI memiliki alasan untuk menaikkan BI Rate agar dapat menekan laju pertumbuhan ekonomi.

BI juga beralasan penaikkan BI Rate dapat menekan impor dan memperbaiki defisit neraca perdagangan.

"Tidak ada pilihan lain sepertinya bagi BI, alasan BI sudah bisa diperkirakan sebelumnya dengan menaikkan BI Rate yang memang akan menekan sektor rill," tuturnya, Rabu (13/11/2013).

Selain itu, sambungnya, sektor industri yang rentan terhadap kenaikan BI rate adalah sektor keuangan. Di dalamnya ada bank hingga perusahaan pembiayaan.

Perusahaan-perusahaan tersebut sangat sensitif terhadap perubahan tingkat suku bunga. Maklum saja, jika suku bunga naik, mereka akan menyesuaikan tingkat bunga pinjaman.

"Alhasil penjualan menurun dan yang mengkhawatirkan kredit macet (NPL) berpeluang mengalami kenaikan," katanya.

Sektor selanjutnya yang akan mengalami beban berat adalah sektor properti. Sektor properti banyak mengandalkan pinjaman bank, kenaikan BI Rate akan membuat biaya cicilan semakin meningkat.

Kebijakan uang muka yang tinggi serta kenaikan BI Rate jelas akan membuat masyarakat enggan mengambil kredit properti. Bisa dipastikan sektor properti akan mengalami tekanan manakala BI rate dinaikkan.

Kemudian pada sektor konsumsi. Dia menilai beban berat laju tekanan inflasi yang diiringi dengan kenaikan BI Rate akan membuat uang beredar ditarik ke sistem perbankan.

Menurutnya konsumsi masyarakat mengalami tekanan, inflasi yang pada awalnya memicu jumlah uang beredar akhirnya kembali mengalir ke Perbankan seiring dengan kenaikan BI Rate.

Tentunya dengan laju kenaikan inflasi dan BI Rate tersebut, bisa dipastikan perusahaan-perusahaan ritel barang konsumsi berpeluang mengalami penurunan.

Muaranya nanti akan memukul perusahaan dengan skala produksi yang lebih besar.

Secara keseluruhan, kata dia, memang sektor ril mengalami tekanan di saat BI Rate dinaikkan.

Ketiga sektor tersebut diatas merupakan contoh perusahaan yang paling banyak mengalami kerugian, walaupun masih banyak sektor lain yang akan dirugikan dengan kenaikan BI Rate.  (ra)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini