Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah mengakui kebijakan fiskal belum mampu meredakan tekanan eksternal sehingga menganggap wajar jika Bank Indonesia kembali menaikkan suku bunga acuan menjadi 7,5%.
Wakil Menteri Keuangan Bambang P.S.Brodjonegoro mengatakan kebijakan fiskal sudah berjalan, tetapi tekanan eksternal masih besar sehingga perlu diperkuat dengan kebijakan moneter yang lebih ketat. Dia memaklumi alasan penaikan BI rate 25 basis poin itu demi perbaikan defisit transaksi berjalan yang belum signifikan.
Keterangan Bambang bertolak belakang dengan pernyataan sebelumnya di hadapan peserta seminar CIMB Niaga Economic Outlook, Kamis (10/10/2013), yang menyebutkan agar pengetatan moneter tak berlanjut karena akan berdampak berat bagi pertumbuhan.
Namun, dalam pesan singkatnya kepada Bisnis, Rabu (13/11/2013), Bambang membantah. “Saya tidak pernah bilang seperti itu, salah interpretasi. Yang benar adalah bahwa penanganan stabilitas makro tidak bisa hanya dengan moneter, tapi berdua dengan fiskal. Kalau fiskal tidak gerak, kebijakan moneter akan lebih ketat dari sekarang,” jelasnya.
Menurutnya, kebijakan moneter lebih untuk mengendalikan permintaan (demand), sedangkan kebijakan fiskal untuk mendorong suplai.
BACA JUGA
- BI Rate Naik, Impor Migas Bakal Susut
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel