Indonesia Kembangkan Serat & Pewarna Alami

Bisnis.com,14 Nov 2013, 15:27 WIB
Penulis: Reni Efita

Bisnis.com, JAKARTA—Kementerian Perindustrian akan mengadakan SwarnaFest 2013  di Pulau Alor, Nusa Tenggara Timur pada 21-22 November  untuk mengembangkan  industri serat alam dan pewarnaan alam Indonesia yang sudah lama dilakukan masyarakat Indonesia untuk mendukung bahan baku industri kreatif bidang fashion di Tanah Air.

SwarnaFest 2013 Alor akan mengangkat tema Pesona Serat dan Warna Alam.

“Indonesia mempunyai potensi yang besar akan serat alam dan pewarna alam, tapi belum dikembangkan,” kata Dirjen IKM Kementerian Perindustrian Euis Saedah, Kamis (14/11/2013).

Euis mengatakan di Indonesia sudah terdapat tujuh jenis serat alam yang bisa dikembangkan untuk jadi kain seperti serat nenas, serat pisang, kapas,  ulap doyo,  bambu, rami,  dan sutra yang ulang makan daun singkong.     

Sedangkan dari segi warna alam, katanya, Indonesia juga mempunyai potensi warna alam yang tidak hanya tumbuh di daratan saja, tapi juga di lautan.

Misalnya, Martha Tilaar di bidang kosmetika, Rosso desainer Yogyakarta untuk pewarnaan kain batik, Sriati dari  Alor sudah mengumpulkan 101 warna alam, dan perancang mode Merdi Sihombing dengan warna indigo di Samosir.

“Inovasi yang didasari oleh kecintaan terhadap Tanah Air Indonesia inilah yang harus terus kita dukung bersama.”

Warna alam itu antara lain dari kunyi, laos, daun mengkudu, daun mangga, rambutan, indigo vera, daun jati, rumput laut, kulit teripang.

Tujuannya agar Indonesia memiliki standarisasi Indonesia Natural Color Guide. 

 “Kita buat chapter. Kita kumpulkan dulu. Tahun berikutnya kita mulai warna pokok, merah, biru, kuning,” kata Euis.

Pewarnaan alam Indonesia, kata Euis,  harus terus dikembangkan, diteliti dan dibuatkan standarisasi sebuah industri.

“Tugas Litbang Kementerian Perindustrianlah yang nanti menjadi pusat dari segala database material industri serat dan pewarnaan alam ini. Untuk itu ada empat elemen penting yang harus dikembangkan yaitu kompetensi sumber daya manusia, teknologi yang digunakan, standar, dan hak kekayaan intelektual,” kata Euis.

Penggunaan serat alam dan pewarna alam dalam industri fashion dunia, kata Euis, banyak datang dari luar negeri.

Karena itu pelaku fashion Indonesia tertantang untuk menggiatkan industri ini yang sebenarnya sudah lama dilakukan masyarakat Indonesia.  (ra)

 



Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini