Bisnis.com, JAKARTA - Kekhawatiran akan risiko seringkali menjadi penghalang seseorang untuk mulai berinvestasi, sehingga mereka cenderung menunda-nunda.
Rheza Karyanto, Assistant Vice President Head of Investment, Bancassurance, and Treasury Products Commonwealth Bank Indonesia, mengatakan bagaimana pun risiko adalah bagian dari hidup.
"Sejak bangun pagi, keluar rumah, bekerja hingga pulang kembali, sesuatu yang tidak kita harapkan bisa saja menimpa kita. Tapi, ada risiko yang dapat dihindari dan ada juga yang harus berani dihadapi," ujarnya dalam rilis yang diterima Bisnis, Kamis (14/11).
Berikut ini tips yang dia sarankan untuk siap menghadapi risiko.
1. Kenali profil Anda
Setiap orang punya level aman yang berbeda-beda dalam berinvestasi. Dengan menganalisa dan mengenali profil risiko, maka seseorang bisa mengatur batas risiko yang dapat diterima dan memilih produk investasi yang membuatnya nyaman. Karena pada akhirnya, hal yang paling penting bagi seorang investor adalah bisa tidur nyenyak di malam hari.
2. Pertimbangkan perusahaan yang sudah jelas
Banyak jenis investasi yang menawarkan skema yang menarik, tapi ternyata tidak punya ijin yang jelas. Sebelum mempertimbangkan, pastikan perusahaan yang menawarkan investasi punya ijin usaha dari Regulator. Kalau bentuknya produk keuangan, ijinnya dari Otoritas Jasa Keuangan.
Selain itu, reputasi dan track record juga bisa jadi acuan. Beberapa perusahaan atau produk terbaik akan memiliki sejarah penghargaan yang menunjukkan konsistensi kinerja dan keberhasilannya.
3. Ketahui sebab akibat munculnya risiko
Setiap penjual pasti menjelaskan semua yang bagus-bagus dari produknya. Saya pernah ditawari dengan cara seperti ini: "Pak, produk ini kasih return 10% bulan lalu loh. Uda dicoba aja Pak."
Selalu ingat, return dan risiko itu seperti 2 mata koin yang sama. Kalo ada produk kasih return 10% sebulan, artinya dia juga bisa kasi kerugian 10% sebulan. Jadi, bersikaplah kritis untuk cari tahu apa sebab akibatnya. Apa penyebab kenaikan? Jika kondisi berbalik, apa risikonya?
Untuk menambah informasi dari si penjual, luangkan waktu untuk belajar dari buku/internet dan ikuti seminar/kursus publik.
4. Pilih produk sesuai tujuan
Memilih produk investasi itu ibarat memilih kendaraan. Kalau mau ke Puncak, orang Jakarta pilih naik mobil. Tapi kalau ke Bali, orang pilih naik pesawat bukan mobil, karena lebih efektif.
Begitu pula dengan investasi. Untuk tujuan jangka pendek, kita gunakan instrumen yang lebih aman seperti deposito atau obligasi. Kalau tujuannya masih panjang, kita bisa gunakan instrumen yang lebih berisiko, seperti saham.
Namun, jika dilakukan sebaliknya (jangka pendek di saham, jangka panjang di deposito), maka akan sama seperti naik pesawat ke Puncak atau naik mobil ke Bali. Sampainya tidak jelas kapan dan justru malah lebih berisiko, bukan.
5. Sebar risikonya
Cara terakhir ini adalah untuk meminimalkan risiko. Sebar risiko atau istilah kerennya "diversifikasi" dapat dilakukan dalam 2 bagian: sebar produknya dan sebar waktunya.
Dengan kata lain, investasi dilakukan dalam beberapa produk dan secara bertahap. Sehingga risikonya tidak terkonsentrasi pada 1 produk saja. Dan jumlah investasinya juga tidak sekaligus besar diawal, melainkan dibagi sebagian2 dalam periode tertentu.
Semua investasi, pasti ada risikonya. Tetapi tidak berinvestasi punya risiko lebih besar. Yang penting, pahami risikonya dan jadikan dia sebagai teman Anda dalam mencapai tujuan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel