Bisnis.com, JAKARTA - Proyeksi perlambatan ekspansi kredit pada tahun depan 15%-17% dinilai mampu menekan risiko perbankan.
Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) Ryan Kiryanto menyebutkan kisaran ekspansi kredit 15%-17% berada dalam golongan moderat. Adapun, pertumbuhan optimistis di atas 20% dan pesimistis di bawah 14%.
"Beberapa bank sudah merujuk ke target Bank Indonesia dan mulai mengerem ekspansi kredit mereka. Untuk perbankan justru ini bagus karena menolong untuk meningkatkan kualitas aset bank," ucap Ryan, Selasa (19/11/2013).
Meski demikian, dia mengatakan pada tahun depan, untuk bank yang memiliki kualitas aset dan rasio kecukupan modal yang baik, bukan tak mungkin akan menggenjot ekspansi kreditnya ke level 19%.
Lebih lanjut, Ryan memaparkan perbankan akan mengalami paparan tantangan ekonomi yang cukup tinggi pada tahun depan, yakni akibat pemilihan umum.
Untuk bersiap mengantisipasi segala kemungkinan terburuk pada 2014, perbankan diharapkan bisa memperkuat modal. Selain melindungi internal, hal itu juga untuk menyelamatkan kondisi anak usaha yang memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan dengan induk perusahaan.
"Hal ini selain sesuai dengan keinginan BI dan OJK, juga sesuai dengan Basel III yang menuntut perbankan comply dengan aturan mereka pada 2020. Modal yang kuat dapat menjad shock breaker untuk counter cyclical seperti krisis moneter 1997 dan krisis keuangan AS 2008," lanjut Ryan.
Direktur PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Irman Zahruddin menyebutkan tantangan paling berat yang akan dihadapi perbankan pada 2014 adalah penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) terutama tabungan. Pasalnya perbankan akan berlomba memperkuat posisi dana mereka.
"Strategi kami adalah konservatif agresif. Artinya meski agresif tapi harus hati-hati untuk mengantisipasi turbulensi. BI sudah memberikan arahan, tinggal bagaimana perbankan menyesuaikan dengan bisnisnya masing-masing. Kalau mau di atas rata-rata juga silahkan," pungkas Irman.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel