Pelemahan Rupiah, Importir Mulai Resah

Bisnis.com,02 Des 2013, 02:04 WIB
Penulis: Rio Sandy Pradana

Bisnis.com, JAKARTA - Importir mulai resah dengan kenaikan nilai tukar dolar Amerika Serikat terhadap rupiah yang sempat menyentuh level Rp12.000/US$ pada akhir pekan lalu, karena bisa mengganggu kegiatan perdagangan internasional.

Sekretaris Jenderal Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Achmad Ridwan Tento mengatakan seluruh kegiatan perdagangannya menggunakan mata uang dolar mulai dari pembelian produk, biaya pabean, hingga biaya di pelayaran sepertiterminal handling charge (THC).

“Dampaknya akan semakin berat bagi para importir, terutama untuk pembelian barang konsumsi. Depresiasi ini akan membuat mereka terpaksa menaikkan harga jual kepada masyarakat,” kata Achmad kepada Bisnis, Minggu (1/12/2013).

Dia menambahkan kenaikan harga ini akan membuat daya beli masyarakat semakin menurun. Terlebih, menjelang hari raya nasional keagamaan, biasanya masyarakat akan cenderung mengerem pengeluaran untuk belanja.

Menerutnya, pembelian barang konsumsi dari luar negeri untuk bulan ini biasanya diperuntukkan atau akan tiba di Tanah Air pada Januari 2014. Tahun depan pemerintah akan membebani pengusaha dengan pajak penghasilan impor sebesar 7,5%.

Pemerintah menaikkan tarif pajak penghasilan Pasal 22 (PPh impor) terhadap perusahaan dengan angka pengenal importir (API) menjadi 7,5% dari sebelumnya 2,5%. Kebijakan yang dikenakan pada barang impor yang tidak digunakan untuk input produksi dan tidak memicu inflasi tersebut bertujuan mempersempit defisit transaksi berjalan.

Menurut pengamatan Achmad, volume kontainer yang tiba sudah mengalami penurunan hingga 5% di beberapa pelabuhan sebelum depresiasi rupiah hingga Rp12.000/US$. Depresiasi tersebut akan semakin berisiko menurunkan volume pembelian barang dari luar negeri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini