Krisis Politik, Pasok Mobil dari Thailand tetap Aman

Bisnis.com,10 Des 2013, 19:53 WIB
Penulis: Nurudin Abdullah

Bisnis.com, JAKARTA - Krisis politik di Thailand tak pengaruhi produksi mobil untuk pasar Indonesia, karena sejumlah pabrikan tetap berkomitmen memenuhi permintaan untuk pasar Indonesia.

Intan Vidiasari, Head of Public Relations and Corporate Secretary PT Krama Yudha Tiga Berlian Motors—agen tunggal pemegang merek Mitsubisi, mengatakan pengiriman Mirage, Outlender dan Pajero masih lancar dari pabriknya di Thailand.

“Sejauh ini belum ada pengumuman dari pihak Mitsubishi Motors Thailand mengenai dampak dari situasi politik yang memanas di negara itu terhadap kegiatan produksi otomotif,” katanya hari ini, Selasa (10/12/2013).

Dia menambahkan pabrik Mitsubishi Motors Thailand berlokasi relatif jauh dari pusat konsentrasi masa pendemo dan mereka tidak emosional dalam menyampaikan aspirasi dan juga tidak anarkis yang dapat mengganggu kegiatan pabrik.

Dia mengatakan pengiriman kendaraan dari Thailand diyakini tetap lancar sehingga penjualan Mitsubisi di Indonesia tetap tinggi, seperti pada Januari-Oktober 2013 untuk Mirage mencapai 5.169 unit, Outlender Sport 3.927 unit, dan Pajero Sport sebanyak 10.509 unit.

Apalagi, lanjutnya, pihak otoritas pemerintah maupun Mitsubishi Motors Thailand juga belum memberi kabar terkait perkembangan krisis politik yang berdampak pada industri otomotifnya, seperti saat terjadi banjir besar melanda sebagian wilayah negara tersebut.

“Waktu dulu terjadi banjir besar di Thailand, industri otomotifnya tetap beroperasi seperti biasa karena lokasi pabrik relatif jauh dari tempat musibah. Tetapi, yang bermasalah saat itu vendornya, karena tempat mereka bekerja kebanjiran,” ujarnya.            

Sementara itu Soehari Sargo, analis industri otomotif, mengatakan pengusaha otomotif nasional tetap harus memantau perkembangan situasi krisis politik di Thailand, kendati sekarang tidak terlalu buruk dampaknya bagi usahanya.

Memantau perkembangan situasi di Thailand itu, menurutnya, termasuk dengan mempelajari kekuatan daya saing industri otomotif negara tersebut yang sulit disaingi oleh Indonesia yang belum memiliki kesiapan daya dukung bahan baku industrinya.

“Faktor yang membuat industri otomotif kurang berdaya saing antara lain kerena sistem mata rantai suplai yang tidak dijalankan secara optimal, kurang tersedianya plat lempengan baja dan alumunium untuk membuat bodi mobil, dan infrastruktur pendukung seperti akses jalan raya,” tetasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sutarno
Terkini