Bisnis.com, PEKANBARU--Realisasi penyaluran kredit PT Bank Negera Indonesia (Persero) Tbk Wilayah Padang hingga November 2013 mencapai Rp6,84 triliun atau naik 5,5% dibanding realisasi kredit sepanjang tahun lalu pada Rp6,46 triliun.
Pimpinan Bank BNI Wilayah Padang Anang Basuki mengatakan dari total realisasi penyaluran kredit tersebut, masih didominasi oleh kredit komersial sekitar 67,88% sisanya untuk kredit konsumer sekitar 32,12%. Bank BNI Wilayah Padang membawahi tiga provinsi, yakni Sumatera Barat, Riau, dan Kepulauan Riau.
"Untuk kredit komersial sampai saat ini masih didominasi sektor perkebunan dan perdagangan, karena kedua sektor tersebut terus berkembang di ketiga provinsi tersebut," katanya, disela-sela BNI Economic Outlook 2014, di Pekanbaru, Rabu malam (18/12).
Anang mengatakan secara umum penyaluran kredit di Riau banyak didominasiu sektor perkebunan, industri pendukung migas, perdagangan, dan sektor pembangunan infrastruktur. Adapun, untuk wilayah Sumbar sektor yang potensial adalah sektor perdagangan ritel, pertanian dan perkebunan. Untuk wilayah Kepualauan Riau, BNI banyak menyalurkan kredit untuk pembiayaan konstruksi kapal-kapal yang mengangkut hasil industri migas dan perdagangan.
Sementara itu, untuk dana pihak ketiga (DPK) yang berhasil dihimpun BNI Wilayah Padang hingga November 2013 sejumlah Rp11,06 triliun atau naik tipis dibandingkan dengan dana yang dihimpun pada tahun lalu Rp10,96 triliun.
Anang mengatakan untuk komposisi DPK masih didominasi Provinsi Riau, yang memberikan kontribusi sekitar 41,63%. Dana yang dihimpun dari Sumbar menyumbang 28,50% dan Kepri berkontribusi sekitar 29,87%.
Anang mengatakan tahun depan akan terjadi perlambatan pertumbuhan ekonomi yang juga akan dikuti dengan perlambatan pertumbuhan kredit dan penghimpunan DPK. Menurutnya, prediksi ini selaras dengan apa yang diinginkan Bank Indonesia untuk mengerem defisit neraca perdagangan.
Anang menambahkan jika perbankan tidak mengerem laju pertumbuhan kredit perbankan, dikhawatirkan defisit neraca perdagangan susah ditekan. Artinya, katanya, tahun depan akan terjadi pengetatan likuiditas perbankan.
"Masih banyak industri yang dibiayai bahan bakunya hasil impor, makanya pengereman kredit jadi solusi," katanya.
Bicara mengenai target tahun depan, Anang belum bisa memaparkannya karena pihaknya belum menentukan target pertumbuhan kredit maupun DPK. BNI masih mengakaji berbagai faktor terutama tahun depan yang memnghadapi tahun politik sehingga belum menetapkan target (K18).
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel