Harga Gula Turun, Petani Tebu Menjerit

Bisnis.com,23 Des 2013, 22:02 WIB
Penulis: Dewi Andriani

Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia mengaku mengalami kebangkrutan massal pada tahun ini akibat besarnya rembesan gula impor yang beredar di pasar, baik dalam bentuk gula rafinasi maupun gula kristal putih.

Ketua Umum DPP APTRI Arum Sabil mengatakan banyaknya paokan gula tersebut membuat harga lelang petani berada di bawah Rp8.500 per kg sedangkan biaya produksi yang dikeluarkan per kg rata-rata sudah di atas Rp9.000.

“Keterpurukan harga karena persoalan supply demand yang tidak seimbang, serta rendahnya kadar gula pada tebu (rendeman) akibat anomali cuaca membuat para petani tebu mengalami kebangkrutan missal tahun ini,”ucapnya dihubungi Bisnis, Senin (23/12/2013).

Sabil menerangkan berdasarkan data dari PT Sucofindo, kebutuhan konsumsi gula industri di Indonesia pada tahun ini diperkirakan mencapai 2,1 juta ton.

Namun, ternyata kebebasan izin impor gula yang diberikan pemerintah kepada para importir menyebabkan gula rafinasi yang beredar di pasaran mencapai hampir 4 juta ton.

Sementara itu, kebutuhan konsumsi gula rumah tangga mencapai 2,2 juta ton. Jumlah tersebut sebetulnya sudah dapat dipenuhi oleh produksi gula nasional yang menghasilkan 2,5 juta ton. Sayangnya, pemerintah malah membiarkan adanya pabrik gula kristal putih baru yang bahan bakunya berasal dari impor.

“Jumlah gula rafinasi yang kelebihan itu, akhirnya merembes dan membanjiri pasar di tingkat konsumsi. Padahal, seharusnya itu tidak sesuai dengan peredarannya. Di sini terjadi kekacauan supply and demand yang tidak seimbang,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sepudin Zuhri
Terkini