Bisnis.com, JAKARTA—Di tengah melambatnya pertumbuhan industri perbankan, kredit properti diproyeksikan bakal memiliki ruang untuk tumbuh di tengah masih besarnya kebutuhan penduduk akan rumah.
Ekonom PT Bank Internasional Indonesia Tbk. Juniman memproyeksikan kredit properti akan tumbuh di kisaran 20% tahun ini, akan mengalami sedikit melambat dari tahun lalu.
Hal itu disebabkan karena peraturan loan to value (LTV) serta berkurangnya daya beli masyarakat.
“Apalagi pada tahun ini bank-bank akan mengalami penyesuaian terhadap suku bunga kredit, termasuk bunga kredit KPR,” ungkapnya pada Bisnis.com, Senin (27/1/2014).
Menurut Juniman, kenaikan BI Rate sebesar 175 basis poin (bps) pada tahun lalu akan berdampak pada tahun ini.
Selain itu, dengan adanya peraturan LTV yang dikeluarkan Bank Indonesia, membuat konsumen menunda pembelian rumah.
Perlambatan pertumbuhan ekonomi Indonesia juga memberikan dampak perlambatan kredit properti.
Sektor yang masih diminati, lanjut Juniman, adalah residential dan kelas menengah. Alasannya, karena harga rumahnya belum terlalu mahal.
Di sisi lain, sektor luxury house juga prospektif untuk tumbuh tahun ini. Juniman mengungkapkan luxury house masih tetap mmenarik untuk konsumen bagi masyakat yang daya beli yang tinggi, karena konsumen bisa membayar tunai.
Sementara itu, berdasarkan Statistik Perbankan Indonesia total penyaluran kredit real estate, usaha persewaan dan jasa perusahaan mencapai Rp189,42 triliun pada November 2013.
Jumlah ini tumbuh 29,19% dari posisi Rp146,61 triliun pada periode yang sama tahun lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel