Harga Hortikultura Terancam Meninggi, Distribusi Terganggu

Bisnis.com,27 Jan 2014, 14:41 WIB
Penulis: Adi Ginanjar Maulana
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG - Dinas Pertanian dan Tanaman Pangan (Diperta) Jawa Barat optimistis produksi hortikultura di kawasan itu bisa dikendalikan, meski intensitas curah hujan sedang tinggi.

Kasubag Program dan Perencanaan Diperta Jabar Moch Ramdhani mengatakan ancaman membanjirnya produk hortikultura pascabanjir di kawasan Pantura, hanya terhambat dari sisi distribusi saja.

"Sejauh ini dari aspek produksi, komoditas hortikultura masih cenderung aman. Tetapi yang menjadi kendala saat ini terjadi pada sisi distribusi," katanya kepada Bisnis, Senin (27/1/2014).

Menurutnya, produksi hortikultura masih berjalan seperti biasa, meskipun kebutuhan salah satu komoditas hortikultura dipasok dari produk impor, seperti bawang putih.

Namun, efek dari terhambatnya distribusi membuat produk hortikultura membusuk dan tidak sempat sampai dijual kepada masyarakat, sehingga memicu ancaman kenaikan harga hortikultura.

Padahal dari sisi porduksi tidak mengalami perubahan serta minat masyarakat terhadap produk dalam negeri masih tinggi karena kualitasnya lebih baik dibandingkan dengan produk impor.

"Selama proses distribusi aman, saya yakin gejolak ancaman membanjirnya produk hortikultura impor dapat dikendalikan karena kulaitasnya lebih bagus dari dalam negeri."

Tak hanya itu, Diperta juga meminta steakholder terkait untuk bersinergi dan berkordinasi menghindari spekulan yang memanfaatkan momen banjir ini, demi meraup keuntungan pribadi.

Secara terpisah, banjir di Jakarta menyebabkan terganggunya pasokan cabai merah yang dikirim dari Ciamis.

Selain karena lambatnya transportasi juga permintaan menurun dan tidak stabil.

“Secara umum cukup terganggu meski  pasokan masih tetap ada. Terutama untuk tranportasi, pengiriman cabai jadi lebih lambat. Permintaan juga kadang naik atau turun,” ungkap Ketua Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Pipin Apilin.

Pengiriman ke Jakarta antara lain ke Pasar Induk Keramat Jati dan Cibitung, sehari pengiriman hanya 2 ton. Untuk harga, kini relatif tinggi, di tingkat konsumen antara Rp22.000-23.000 selisih Rp1.000 dari harga di tingkat petani. (Adi Ginanjar Maulana/Wandrik Panca/Anep Paoji)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul-nonaktif
Terkini