Tarif Listrik & Baja Naik, AHM Efisienkan Produksi

Bisnis.com,28 Jan 2014, 17:50 WIB
Penulis: Dini Hariyanti

Bisnis.com, JAKARTA—Sinyalemen negatif kepada industri pengguna baja termasuk produsen komponen otomotif akibat penaikan harga baja 20% berpotensi ikut menghimpit kegiatan produksi kendaraan bermotor.

Lonjakan harga baja bisa mendorong produsen komponen otomotif menaikkan harga jual karena biaya produksi bertambah. Selanjutnya, sektor yang terimbas ialah pabrikan otomotif, baik sepeda motor maupun mobil.

Sebetulnya, tekanan bukan cuma datang dari lonjakan harga material baja melainkan pula penaikan tarif dasar listrik (TDL) golongan industri. Harga setrum ditetapkan naik setiap dua bulan agar pada akhir tahun terakumulasi lonjakan antara 38,9% - 64,7%.

Direktur Produksi, Rancang Bangun dan Belanja PT Astra Honda Motor (AHM) David Budiono memperkirakan biaya produksi motor di pabrik Honda bakal terdongkrak hingga 10% akibat hal itu. Bahkan, persetasennya bisa lebih besar jika Upah Minimum Provinsi (UMP) kembali naik pada tahun ini.

“Tekanan biaya produksi sudah terasa sejak tahun lalu, peningkatannya sekitar 9% hingga 10%. Kami berusaha menahannya maksimal 10%. Kami putar otak, sekarang kegiatan produksi dari padat karya menjadi padat modal,” katanya kepada Bisnis.com, Selasa (28/1/2014).

Nilai tersebut berasal dari besaran kontribusi komponen berbahan baku baja serta TDL. Dari keseluruhan biaya produksi Honda, sekitar 7% di antaranya untuk memenuhi kebutuhan listrik sedangkan baja sekitar 2% hingga 2,5%.

Guna menekan imbas bengkaknya biaya manufaktur kendaraan terhadap penjualan, AHM akan melakukan upaya efisiensi. Pasalnya, agen tunggal pemegang merek (ATPM) motor Honda ini tak bisa menaikkan harga jual setara lonjakan biaya produksi. Sebab, ini membuat produk tak kompetitif.

“Kami lakukan cost reduction dengan melakukan recycle, pembaruan teknologi, produktivitas diperbaiki, overtime karyawan juga [diefektifkan]. Boleh dibilang, kenaikan tarif listrik berpengaruh paling lumayan terhadap biaya produksi,” ucap David.

Margono Tanuwijaya, Direktur Pemasaran AHM, menyampaikan pihaknya belum dapat memastikan akankah dilakukan penaikan harga jual produk lagi menyusul naiknya TDL dan harga baja. Sejauh ini, ATPM masih mempelajari sejauh mana pengaruhnya terhadap keseluruhan kegiatan produksi.

 “Secara keseluruhan yang paling berpengaruh adalah kurs [pelemahan rupiah]. Tapi kami harus lihat dulu perkembangannya dalam rentang waktu tertentu,” ujar dia.

 Pada bulan ini, AHM telah melakukan penaikan harga jual sepeda motor Honda sekitar Rp200.000 per unit. Kalau ada lonjakan harga lagi maka yang dipertaruhkan adalah daya saing dengan kompetitor.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini