Pasar Negara Berkembang Tulari Negara Maju

Bisnis.com,28 Jan 2014, 18:26 WIB
Penulis: Muhammad Abdi Amna
Risikonya adalah bahwa pertumbuhan yang melambat dan sell-off akan semakin dalam pada negara-negara besar, seperti China yang mempengaruhi pasar keuangan negara-negara industri. /bisnis.com

Bisnis.com, LONDON - Deutsche Bank AG dan Nomura International Plc. meyakini pasar negara berkembang belum cukup kuat menghadapi dinginnya keadaan ekonomi dunia.

Saham negara berkembang mengawali permulaan tahun yang buruk selama 5 hari, sehingga meningkatkan kekhawatiran pasar bahwa kawasan ini yang semula menjadi pendorong pertumbuhan global justru terseret jatuh.

“Kami melihat seminggu terakhir lebih banyak peringatan, tentang apa yang terjadi akan menular ke luar negeri yang berbasis di luar pasar negara berkembang,” ujar Jacques Cailloux, Kepala Ekonom Eropa Nomura di London, Selasa (28/1/2014).

Terdapat keyakinan bahwa akan ada keterbatasan beberapa negara atas ketidak seimbangan ekonomi seperti Turki dan Argentina yang mendapat sedikit dukungan dari luar negeri dibandingkan dengan negara maju yang mendapatkan sumber pertumbuhan domestik serta dukungan dari bank sentral masing-masing.

Risikonya adalah bahwa pertumbuhan yang melambat dan sell-off  akan semakin dalam pada negara-negara besar, seperti China yang mempengaruhi pasar keuangan negara-negara industri serta merebut permintaan ekspor dan komoditas.

Indeks MSCI Emerging Markets turun 7,1% sejak 31 Desember, dibandingkan dengan penurunan 3,4% pada MSCI World Index.

Menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg, volatilitas ekuitas negara berkembang melonjak dalam 2 tahun ke level tertinggi pada pekan lalu di tengah aksi jual mata uang negara kawasan, dengan indeks Volatilitas Chicago Board Options Exchange Emerging Markets ETF naik 40% menjadi 28,26.

“Sebuah krisis pasar negara berkembang yang meluas hari ini akan bercabang mempengaruhi pertumbuhan di seluruh dunia,” ujar Michala Marcussen, Kepala Ekonomi Global pada Societe Generale SA.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini