1 Kartu Chip Rp10.000, BRI Tak Khawatir Migrasi

Bisnis.com,02 Feb 2014, 15:25 WIB
Penulis: Galih Kurniawan
Transaksi uang elektronik masih jauh lebih kecil dibandingkan transaksi kartu ATM-debit dan kartu kredit. /bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA—PT Bank Rakyat Indonesia Tbk sudah menyiapkan anggaran untuk memulai migrasi kartu kredit maupun debit dari magnetis ke chip yang akan dimulai pada semester kedua tahun ini.

AVP e-Banking PT Bank Rakyat Indonesia Tbk Andini Nauli Nasution mengatakan pihaknya sudah melakukan pengembangan internal namun belum memulai produksi. “Kami masih menunggu kejelasan soal sertifikasi dari regulator nanti perusahaan mana saja,” katanya kepada Bisnis di Jakarta baru-baru ini.

Menurutnya, ada sekitar 22 juta kartu yang harus dimigrasi oleh BRI dan siap pada 2016 mendatang. Tahun lalu tercatat sebanyak 19 juta kartu baik kredit maupun debit. Dengan jumlah kartu sebanyak itu, katanya, BRI harus memigrasi sebanyak 50.000 kartu per hari jika ingin menyelesaikannya dalam 1 tahun.

Dia menegaskan BRI sudah menyiapkan anggaran yang cukup besar untuk migrasi tersebut meski tak menyebutkan angka pasti. Dia menyebutkan biaya yang dibutuhkan mencapai Rp10.000 per kartu chip atau jauh lebih besar dibandingkan kartu magnetis yang hanya berharga sekitar Rp500. “Belum lagi nanti biaya distribusi dan pemasangan hardware di setiap ATM, itu besar sekali, tapi kami sudah siap,” katanya.

Hingga 2013 BRI telah memiliki sebanyak 9.808 outlet. Mereka juga memiliki 104.570 Echannel yang terdiri dari 18.292 ATM, 85.936 EDC (electronic data capture), 192 CDM (cash deposit machine), 100 Kiosk dan 50 E-Buzz.

Menurutnya, saat ini BRI bekerja sama dengan sejumlah vendor untuk pengadaan kartu. Meski begitu saat ini belum satupun dari mereka dinyatakan tersertifikasi oleh Bank Indonesia. Dia berharap Bank Indonesia segera mengeluarkan keputusan terkait sertifikasi sehingga bank lebih leluasa menentukan langkah.

Dia menambahkan ke depan BRI masih akan mengembangkan produk perbankan melalui kartu tersebut meski berbagai model bisnis lainnya cukup potensial. Andini juga meminta sistem kartu chip tersebut nantinya dapat dikembangkan dan terstandardisasi hingga ke luar negeri khususnya Asean yang segera mengimplementasikan Masyarakat Ekonomi Asean pada 2015.

“Sekarang lingkupnya masih nasional, kalau ke luar negeri tetap yang dibaca kartu magnetis, tapi mudah-mudahan nanti bisa setelah MEA,” ujarnya.

Bank Indonesia memang telah mengeluarkan Peraturan Bank Indonesia No.11/11/PBI/2009 tentang penyelenggaraan kegiatan alat pembayaran dengan menggunakan kartu (APMK) berteknologi chip dan PIN pada kartu ATM dan kartu debit. Implementasinya akan dimulai pada 2016.

Direktur Utama BRI Sofyan Basir sempat mengatakan pihaknya optimistis tidak akan kesulitan untuk migrasi ke kartu chip. Dia menegaskan BRI saat ini terus mengembangkan infrastruktur teknologi informasi termasuk untuk layanan transaksi online. Menurutnya saat ini setiap hari tercatat sekitar 15 juta kali transaksi elektronik.

“Sekarang pembuatan rekening bisa selesai hanya 4 menit di tempat tertentu. SMS banking BRI juga cepat hanya 4 detik sudah terima konfirmasi,” katanya.

Menurut data Bank Indonesia, total transaksi elektronik tahun lalu hampir mencapai Rp8 miliar per hari dari sekitar 400.000 transaksi. Total transaksi itu jauh lebih besar dibandingkan data 2012 yang tercatat sebesar Rp5 miliar dari 275.000 transaksi.

Meski begitu transaksi uang elektronik masih jauh lebih kecil dibandingkan transaksi kartu ATM-debit dan kartu kredit. Salah satu pemicunya adalah sekitar 60% yang elektronik diterbitkan oleh perusahaan telekomunikasi yang tingkat transaksinya masih rendah.  

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul-nonaktif
Terkini