Bisnis.com, JAKARTA - PT Bank Mega Syariah membukukan kinerja yang cukup menggembirakan dengan meraup laba sebesar Rp209 miliar sepanjang 2013, naik 13,09% dibandingkan dengan laba setelah pajak pada 2012 sebesar Rp184,8 miliar.
Direktur Utama Bank Mega Syariah Beny Witjaksono mengatakan perolehan laba perseroan memang sedikit mengalami perlambatan dibandingkan tahun sebelumnya. Namun, dia menegaskan laba tersebut masih cukup baik secara rasio.
"Sepanjang 2013 cost of fund mengalami kenaikan karena suku bunga Bank Indonesia atau BI Rate naik sehingga berdampak pada perolehan laba," ungkapnya kepada Bisnis.
Pada sisi pembiayaan, Bank Mega Syariah mencatat peningkatan penyaluran pembiayaan sekitar 14,51% dibanding tahun sebelumnya. Pada 2013, perseroan menyalurkan pembiayaan Rp7,1 triliun, naik Rp900 miliar dari periode sebelumnya Rp6,2 triliun.
Peningkatan pembiayaan itu didominasi oleh joint financing kendaraan roda dua yang mencapai Rp3,6 triliun. Jumlah tersebut melesat 56,52% dari tahun sebelumnya Rp2,3 triliun.
Pembiayaan mikro juga mengalami peningkatan meskipun cukup tipis dari sebelumnya Rp3 triliun menjadi Rp3,2 triliun sepanjang 2013. Sedangkan sisanya merupakan pembiayaan lain-lain sebesar Rp300 miliar.
Dia menegaskan perseroan berhasil menekan rasio pembiayaan bermasalah (Non Performing Finance/NPF) pada Desember 2013 menjadi 2,9%. Selain masih di bawah 5%, angka maksimal yang dibolehkan oleh BI, posisi NPF tersebut juga menunjukkan kualitas pembiayaan yang semakin baik.
Perolehan Dana Pihak Ketiga (DPK) hingga Desember 2013 tercatat meningkat Rp700 miliar dibandingkan periode tahun lalu Rp7,1 triliun menjadi Rp7,8 triliun.
"Dana Pihak Ketiga kami targetkan akan meningkat sekitar Rp700 miliar hingga Rp800 miliar pada 2014, tidak jauh berbeda dengan tahun 2013," paparnya.
Sementara itu, Beny mengungkapkan menghadapi tahun politik di 2014, Bank Mega Syariah menargetkan pertumbuhan pembiayaan dapat meningkat 12%-15%.
Melalui target pertumbuhan DPK dan pembiayaan tersebut, perseroan juga menargetkan profit yang diperoleh akan meningkat minimum 5% dari laba 2013.
Kendati target tersebut terbilang pesimistis, dia mengakui perbandingan perolehan laba 2013 cukup besar dibandingkan laba pada 2011 yang hanya Rp53,8 miliar.
Dia memprediksi perolehan laba akan kembali tertekan oleh biaya dana akibat kenaikan BI Rate. Namun, dia masih optimistis perseroan dapat tumbuh positif pada 2014.
Secara teoritis, sambungnya, tahun politik pada 2014 akan mempengaruhi pertumbuhan perbankan syariah di Indonesia termasuk Bank Mega Syariah.
Pemilihan Umum yang akan digelar pada April 2014 diprediksi berpengaruh pada segmen pembiayaan pebankan. Dia mencontohkan segmen konsumer pada pembiayaan sepeda motor akan memantau situasi terlebih dahulu.
Pada segmen ini, nasabah akan melihat apabila risiko yang diakibatkan oleh Pemilu cukup tinggi, mereka akan menahan pembiayaannya.
Segmen berikutnya, pada tingkat penghasilan terutama akibat kebijakan pemerintah dalam menaikkan upah minimum provinsi (UMP). Dampaknya dapat dilihat dari efisiensi anggaran di perusahaan hingga pemutusan hubungan kerja (PHK).
Terakhir, segmen konsumer antara lain sandang dan pangan akan terkena dampak signifikan pada tahun politik 2014. Namun, segmen kendaraan tidak akan terkena dampak serius oleh tahun politik jika kondisi terkendali.
"Beberapa bidang usaha itu mendapat tekanan karena dolar naik terus sehingga bahan baku juga terdorong naik, biaya-biaya naik dan tentu meningkatkan komponen produksi dan harga jual di sektor UKM," katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel