Antisipasi Kredit Bermasalah, Tingkatkan Provisi

Bisnis.com,04 Feb 2014, 20:21 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
Layanan BRI/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Kalangan perbankan mulai memberikan perhatian lebih pada provisi/ pencadangan perseroan untuk mengantisipasi peningkatan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).

Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. Muhamad Ali mengungkapkan peningkatan PPAP (penyisihan penghapusan aktiva produktif) merupakan kebijakan yang diambil manajemen dalam mengantisipasi kondisi ekonomi yang tidak menentu.

“Tahun ini coverage ratio diterapkan lebih besar 2,3 kali lipat dari yang seharusnya,” ungkapnya pada Bisnis, Senin malam (3/2).

Menurutnya, untuk menghadapi kondisi  perlambatan ekonomi serta mengantisipasi risiko ke depan kredit, maka perseroan lebih baik memberikan pencadangan yang lebih. Karena perseroan lebih banyak menyalurkan kredit ke sektor produktif.

Alimengungkapkan memasuki awal 2014, mulai terjadi hal-hal yang tidak diinginkan yakni bencana alam.  Akhir 2013, perseroan mencatatkan rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) nett dengan rasio 0,31%. Sedangkan, NPL gross perseroan bertengger di 1,55%.

“Tahun ini, kami memproyeksikan akan adanya pemburukan kondisi ekonomi,perlambatan serta bencana alam makanya perlu pencadangan yang lebih,” tuturnya.

Ekonom Universitas Gadjah Mada (UGM) A. Tony Prasetiantono mengungkapkan provisi digunakan untuk jaga-jaga saja, mempersiapkan hal yang tak diinginkan, bila sewaktu-waktu terjadi masalah. Namun, bila provisi yang dipersiapkan besar, maka akan berdampak pada laba.

“Biasanya, makin besar provisi, sehingga laba di tahun tersebut akan sedikit tertahan. Dengan kata lain, penundaan laba,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini