Transaksi Berjalan Jadi Prioritas Di Atas Inflasi Inti

Bisnis.com,04 Feb 2014, 23:34 WIB
Penulis: Sri Mas Sari
Ilustrasi/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia memprioritaskan perbaikan transaksi berjalan meskipun membawa konsekuensi inflasi inti cenderung naik dalam 5 tahun terakhir.

Depresiasi rupiah sejauh ini menjadi  bagian kebijakan bank sentral untuk mengerem impor agar defisit transaksi berjalan yang pada kuartal II/2013 sempat US$9,9 miliar atau 4,4% terhadap produk domestik bruto (PDB) tak melebar.

Namun tak dapat dimungkiri, pelemahan rupiah mengerek harga barang-barang impor atau disebut imported inflation. Dampak itu setidaknya terekam pada inflasi inti yang menurut data Badan Pusat Statistik mengalami tren naik.

BPS mencatat inflasi inti Januari 2014 mencapai 4,53% (year on year) versus 4,32% pada periode sama tahun sebelumnya.

Kepala Grup Asesmen Ekonomi Departemen Kebijakan Ekonomi dan Moneter BI Dody Zulverdi mengatakan Indonesia harus melewati penyesuaian nilai tukar demi perbaikan neraca perdagangan.

“Ini masalah prioritas. Memang tidak mungkin dicapai pada saat yang bersamaan. Kalau kesannya kok Indonesia membiarkan (kurs rupiah melemah), ini bagian dari strategi,” katanya, Selasa (4/2/2014).

Meskipun demikian, lanjutnya, bank sentral tetap berupaya mengendalikan inflasi inti dengan mengerek suku bunga acuan.

Kenaikan BI rate 175 basis poin menjadi 7,5% sepanjang 6 bulan terakhir diyakini akan mengerem impor dan mengganjal menekan permintaan dolar AS yang pada gilirannya membuat rupiah lebih stabil.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini