Bisnis.com, JAKARTA — PT Bank UOB Indonesia optimistis masih dapat memacu pertumbuhan transaksi kartu kredit mereka hingga 40% tahun ini.
Volume transaksi kartu kredit UOB rata-rata mencapai Rp450 miliar setiap bulan. “Setiap bulan ada kenaikan transaksi sekitar Rp10 miliar sampai Rp20 miliar,” ujar Senior Vice President Head of Unsecured Business UOB Budy Setiawan di Jakarta, Selasa (18/2/2014).
Dia memperkirakan transaksi kartu kredit UOB hingga akhir tahun ini dapat mencapai Rp550 miliar per bulan. Budy menyebutkan saat ini jumlah pemegang kartu kredit UOB tercatat sebanyak 300.000 nasabah. Sepanjang 2014 pihaknya menargetkan dapat meraih 100.000 pengguna kartu kredit baru.
Dia tidak menampik sejak kenaikan suku bunga acuan (BI Rate) pada 2013 lalu bisnis kartu kredit semakin ketat. Belum lagi dengan aturan baru Bank Indonesia yang membatasi suku bunga maksimal hingga 2,95% serta pembatasan jumlah kepemilikan kartu kredit bagi nasabah berpenghasilan di bawah Rp10 juta per bulan menjadi hanya dua buah kartu.
“Tapi kami sepakat karena pembatasan itu justru bagus untuk jangka panjang,” ujarnya.
Budi mengatakan potensi bisnis kartu kredit juga masih terbuka lebar. Pasalnya jumlah penduduk berkategori bankable di Indonesia masih mencapai 50 juta, sedangkan mereka yang masuk kualifikasi sebagai penerima kredit diperkirakan mencapai 10 juta penduduk.
Adapun jumlah kartu kredit yang beredar diperkirakan mencapai 14 juta kartu di mana masing-masing nasabah menggunakan sekitar tiga kartu. “Unique card holder baru 4 juta, secara potensi masih ada ruang untuk berkembang, hanya masalahnya banyak bank yang fokus di kantong-kantong tertentu.”
Dia menyebutkan UOB fokus mengembangkan bisnis kartu kredit di lima kota besar yakni Jakarta, Bandung, Surabaya, Medan dan Semarang. Meski begitu mereka juga memasarkan produk kartu kredit melalui 30 cabang UOB yang tersebar di berbagai wilayah Indonesia.
Menurut Budy guna memacu bisnis kartu kredit UOB juga akan memperbaharui dua produk kartu kredit UOB One Card dan Lady's Card melalui penambahan berbagai manfaat baru. Kedua produk itu, katanya, sudah diluncurkan sejak 3 tahun lalu sehingga perlu pembaharuan.
Saat ini UOB memiliki lima produk kartu kredit. Menurut Budy, porsi terbesar masih didominasi oleh kartu kredit Platinum yang dimiliki oleh nasabah berpenghasilan di atas Rp10 juta per bulan. Porsi kategori ini mencapai 55%. Meski begitu dia memperkirakan hingga akhir 2014 porsi kartu kredit platinum akan turun ke 40% karena produk kartu kredit lain seperti UOB One dan Lady's diyakin meningkat karena sejumlah program yang digelar.
Salah satu program yang belum lama diluncurkan adalah UOB Movie Experience. Melalui program ini nasabah yang berbelanja dengan kartu kredit minimal Rp500.000 dapat menukarkan struk pembelian dengan tiket bioskop di sejumlah lokasi.
Budy mengatakan bisnis kartu kredit berkaitan erang dengan gaya hidup nasabah. Tak heran pihaknya juga bekerja sama dengan sejumlah perusahaan di sektor grosir, pakaian, wisata dan hiburan. Sejak 2 tahun terakhir UOB juga menjalin kerja sama dengan perusahaan kesehatan termasuk rumah sakit dan apotek.
Belakangan pusat grosir memang menjadi salah satu primadona bagi sejumlah bank untuk memacu bisnis kartu kredit. Belum lama ini Standard Chartered Bank juga menggandeng Super Indo dan Rezeki Supermarket untuk produk kartu kredit Titanium. Program kerja sama itu berlangsung mulai Februari hingga Juli 2014.
Head of Credit Card Product Consumer Banking Indonesia Standard Chartered Bank Peter Widjaja mengatakan sejak akhir 2013 lalu jumlah nasabah kartu kredit Titanium tumbuh hingga 50%. Dia menyebutkan saat ini Standard Chartered Bank memiliki tujuh produk kartu kredit.
“Kami berharap volume transaksi kartu kredit kami tumbuh 30% tahun ini, tahun lalu kami konsolidasi dahulu,” ujarnya baru-baru ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel