BI Memprediksi Inflasi Februari 2014 Di bawah 1%

Bisnis.com,28 Feb 2014, 16:52 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
Gubernur Bank Indonesia Agus D.W Martowardojo (kanan)/Antara

Bisnis.com, MEDAN - Meski terjadi bencana alam di beberapa kota, tetapi Bank Indonesia (BI) memprediksikan inflasi pada Februari 2014 akan lebih rendah dari posisi Januari.

Gubernur BI Agus D. W. Martowardojo mengungkapkan inflasi Februari akan lebih rendah dari Januari dan diharapkan akan berada di bawah 1%. Alasannya adalah bila dilihat dalam lima tahun belakangan, tren inflasi pada Februari cenderung lebih rendah.

"Meski cenderung membaik, tetapi kita harus mewaspadai dua hal yakni  pelemahan nilai tukar rupiah dan kondisi iklim yang bisa belum bisa diprediksi," ungkapnya di Kantor Perwakilan BI IX (Aceh dan Sumatera Utara), di Medan, Jumat (28/2/2014).

Dalam kesempatan terpisah, Direktur Eksekutif Departemen Kebijakan Moneter dan Ekonomi Juda Agung mengungkapkan inflasi pada Februari 2014 akan berada di kisaran 0,3%--0,4% (month to month).

"Inflasi Februari akan cukup rendah karena apresiasi nilai tukar menyebabkan inflasi inti rendah dan apresiasi volatile food yang rendah," katanya.

Selain itu, faktor pendorong rendahnya inflasi, Juda menambahkan adanya koreksi dari beberapa komoditas pasca erupsi Gunung Sinabung serta sudah masuknya impor bawang merah. Namun, menurut pengamatan BI, inflasi tahun ini akan lebih rendah dibanding tahun lalu. Sebab tahun lalu, ada pembatasan impor hortikultura.

Di sisi lain, untuk mengurangi kenaikan inflasi, Agus menyarankan agar kondisi infrastruktur harus diperbaiki, terkhusus jalan-jalan rusak yang menjadi jalur penyaluran logistik.

Ekonom PT Bank Negara Indonesia Tbk. Ryan Kiryanto memprediksikan laju inflasi Februari 2014 akan berada di kisaran 0,4%--0,5%, angka tersebut lebih tinggi dari prediksi BI. Menurutnya, faktor gangguan distribusi barang pokok masih menjadi persoalan utama pada bulan ini, apalagi dengan bencana alam seperti banjir dan erupsi Gunung Sinabung dan Kelud.

"Namun,  secara umum pembentukan inflasi sudah kembali ke pola normal. Jadi inflasi year on year berkisar 8-8,1%," katanya.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), laju inflasi pada Januari 2014 mencapai titik tertinggi dalam empat tahun belakangan yakni 1,07%. Sedangkan inflasi year on year pada Desember 2013 mencapai 8,38%.

Adapun penyebab inflasi pada bulan lalu lebih banyak disumbang oleh kenaikan harga pangan akibat gangguan distribusi selama cuaca buruk. BPS mencatatkan kelompok bahan makanan memberikan  andil 0,56%. Lonjakan bahan makanan berimbas pada lonjakan makanan jadi. Kelompok makanan jadi, minuman, rokok dan tembakau memberi sumbangan 0,12%

Sebagai pembanding, inflasi pada Februari 2013 mencapai 0,75% dan pada Februari 2012 ada di posisi 0,05%.

Agus menuturkan untuk mengendalikan laju inflasi, BI akan memaksimalkan fungsi dan peranan kantor wilayah untuk melanjutkan dan mengembangkan pembangunan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini