Green Building Tak Selalu Identik Dengan Biaya Mahal

Bisnis.com,11 Mar 2014, 09:54 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Pengembangan bangunan hijau atau green building menjadi satu pilihan terkini berhadapan dengan wacana pemanasan global.

Namun, seringkali bangunan yang mengefektifkan penggunaan energi dan meminimalisir dampak pencemaran lingkungan tersebut dianggap membutuhkan biaya yang tidak murah.

Pendapat berbeda dipaparkan Ketua Ikatan Arsitek Indonesia, IAI, Jakarta Steve J. Manahampi.

Dia menjelaskan pergerakan wacana green building di dunia terbagi menjadi dua. Pertama, bangunan hijau secara aktif dan kedua secara pasif.

Bangunan hijau, ujarnya, yang dianggap mahal itu kebanyakan didorong oleh kaum industrialis, yang mana semuanya harus diselesaikan dengan teknologi atau mesin.

"Padahal, isu green building yang pasif, yang lebih murah, Jarang disentuh oleh orang," katanya kepada Bisnis, baru-baru ini.

Bangunan hijau secara pasif, paparnya, memanfaatkan alam secara dominan.

Dia mencontohkan pembangunan rumah yang disesuaikan dengan arah terbit matahari akan meminimalisir suhu panas.

"Supaya jangan panas, bangun rumahnya jangan menghadap matahari. Kita tahu matahari pagi sehat, tetapi membuat rumah panas. Itu namanya pasif, kita menghargai alam," katanya.

Untuk pembangunan high-rise pun, lanjutnya, pengembang dapat mengurangi penggunaan kaca berlebih pada sisi bangunan yang dominan terkena sinar matahari.

Di samping itu, sambung Steve, bangunan hijau secara pasif dapat dikembangkan dengan pemilihan material yang lebih murah.

"Jangan memilih yang dari Italia, yang dari Ujung Pandang juga ada. Atau pakai material lokal yang berkualitas, pakai bambu misalnya," cetusnya.

Kendati begitu, Steve menyatakan mayoritas masyarakat tidak bergerak kepada pengembangan bangunan hijau secara pasif. Tidak mengherankan, ungkapnya, bangunan hijau dianggap mahal.

Dia menegaskan bangunan hijau baik secara aktif maupun pasif memiliki tujuan yang sama, yakni kenyamanan pengguna dengan bangunan yang ramah lingkungan. Hanya saja, tambahnya, cara pengembangannya yang menyisakan pilihan.

"Sebenarnya mau green ke arah mana? Mau ke green technology based, dengab beli AC yang mahal tapi efisien. Atau membuat jendela agar angin bisa masuk," imbuh Steve.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini