Pasok Susu Impor Terancam Kebijakan Scarcity

Bisnis.com,12 Mar 2014, 16:14 WIB
Penulis: M. Sofi’I
Ilustrasi

Bisnis.com, MALANG -- Gabungan Koperasi Susu Indonesia Jawa Timur  mewaspadai kebijakan scarcity atau pembatasan bahan baku susu impor yang dilakukan oleh negara pengimpor.

GKSI Jatim memperkirakan kemungkinan terjadinya peningkatan kebutuhan susu di dalam negeri akibat kebijakan pembatasan bahan baku susu impor tersebut.

Sulistiyanto, Ketua Bidang Usaha GKSI Jatim, mengatakan selama ini hampir 75% kebutuhan susu untuk Industri Pengolahan Susu masih mengandalkan bahan baku dari impor.

“Di antaranya adalah impor bahan baku susu bubuk yang kemudian di-combine dengan susu lokal. Kalau negara pengimpor membatasi impor susunya maka akan berpengaruh terhadap kebutuhan susu dalam negeri,” kata Sulistiyanto kepada Bisnis di Malang, Rabu (12/3/2014).

Kebijakan scarcity  tidak tertutup kemungkinan diberlakukan oleh negara pengimpor.

Sehingga untuk mengatasi kebutuhan susu tersebut mau tidak mau harus meningkatkan produksi susu di dalam negeri.

Dicontohkan, kebutuhan susu di Jatim setiap harinya berkisar antara 1.700 ton per hari.

Sementara dari jumlah itu baru terpenuhi sekitar 900-1.000 ton per hari. Sisanya masih mengandalkan susu impor.

“Sehingga kalau kemudian Pemprov Jatim berencana untuk menambah sapi indukan melalui impor, maka akan menjadi salah satu solusi untuk memacu peningkatan produksi,” jelas dia.

Jumlah populasi sapi perah di Jatim saat ini hanya sebanyak 170.000 ekor.

Sehingga untuk meningkatkan produksi membutuhkan sedikitnya 30.000-50.000 ekor sapi dara bunting baru.

Syukur-syukur, lanjut dia, kalau Pemprov Jatim melalui anggaran APBD-nya bisa mendatangkan benih sapi impor untuk peternak sebagai upaya meningkatkan produksi susu.

“GKSI tentunya akan menyambut baik kalau Pemprov Jatim mengimpor sapi untuk selanjutnya menghibahkannya ke peternak melalui dana APBD yang dimiliki,” ujar Sulistiyanto.

GKSI juga mendukung rencana Pemprov Jatim yang bakal membuka kran impor sapi indukan baru dari luar negeri.

Langkah tersebut dinilai akan meminimalisir pemotongan sapi perah untuk memenuhi kebutuhan daging di Jatim.

Selama ini, berkurangnya jumlah populasi sapi perah di Jatim salah satunya disebabkan banyaknya sapi perah yang dipotong menyusul tingginya harga daging sapi di pasaran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini