BI Bali-Nusra Sosialisasi Uang Asli di Pasar Tradisional

Bisnis.com,14 Mar 2014, 14:33 WIB
Penulis: Ema Sukarelawanto
Sejumlah pedagang di Pasar Tradisional Kereneng, Kota Denpasar memerhatikan penjelasan dari petugas Bank Indonesia (BI) Wilayah III Bali-Nusra dalam sosialisasi keaslian uang rupiah, Jumat (14/3/2014). Pada awal 2014, Bank Indonesia (BI) dan Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia (Bareskrim Polri) melakukan pemusnahan lembar uang palsu 135.110 lembar. /ema s

Bisnis.com, DENPASAR - Bank Indonesia (BI) Wilayah III Bali-Nusra melakukan sosialisasi keaslian uang kepada para pedagang di sejumlah pasar tradisional di Denpasar.

Mohamad Yaser, Asisten Manager Adminitrasi dan Sistem Pembayaran BI Wilayah III Bali-Nusra mengatakan peredaran uang palsu paling banyak ditemukan di pasar tradisional terutama pada malam hari dan pagi dini hari.

“Pengetahuan pedagang di pasar tradisional tentang keaslian uang masih kurang, beda dengan pengelola pasar modern,” katanya saat sosialisasi di Pasar Kereneng, Denpasar, Jumat (14/3/2014).

Menurut Yaser, para pedagang kesulitan membedakan antara uang asli atau palsu, karena berada pada suasana gelap, berbeda dengan pasar modern yang sudah dilengkapi alat sinar ultraviolet yang memudahkan identifikasi uang asli.

Dia menambahkan pada saat musim mkampanye dan pemilu biasanya peredaran uang palsu juga meningkat.

Dalam sosialisasi itu, petugas dari BI menjelaskan ciri-ciri uang rupiah asli yakni berupa tanda-tanda tertentu yang bertujuan mengamankan uang rupiah dari upaya pemalsuan.

Secara umum tanda keaslian uang rupiah dapat dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetat yang digunakan. Di antaranya, tanda air (watermark) dan electrotype, benang pengaman, cetak intaglio, gambar saling isi, tinta berubah warna, tulisan mikro, tinta tidak tampak, dan gambar tersembunyi.

Kata Yaser kerumitan tanda-tanda pada uang asli sengaja dibuat agar menyulitkan pemalsuan. Kendati masih bisa dipalsukan tapi minimal biaya yang dikeluarkan akan tinggi, sehingga mengurungkan niat orang untuk memalsukan.

Dia menjelaskan pula cara mudah membedakan uang palsu adalah dengan 3D, yakni dilihat, diraba, dan diterawang. Selain itu, proses edukasi kepada masyarakat juga menjadi prioritas dalam mengendalikan peredaran uang palsu.

BI menempuh cara dengan memberikan pemahaman tentang ciri-ciri keaslian rupiah (Cikur) dalam bentuk edukasi dan sosialiasi kepada masyarakat, khususnya di ruang ekonomi umum seperti pasar tradisional, pelelangan ikan, pertokoan, ataupun kios-kios sederhana milik masyarakat, serta pompa bensin.

Data pada awal 2014 menunjukkan Bank Indonesia (BI) dan Badan Reserse Kriminal Kepolisian Republik Indonesia (Bareskrim Polri) melakukan pemusnahan lembar uang palsu sebanyak 135.110 lembar.

Jumlah uang palsu tersebut meliputi 67.278 lembar pecahan Rp100.000, 56.764 lembar pecahan Rp 50.000, 5.033 lembar pecahan Rp 20.000, 3.553 lembar pecahan Rp10.000, 2.460 lembar pecahan Rp 5.000, 19 lembar pecahan Rp 2.000, dan 3 lembar pecahan Rp1.000. Temuan uang rupiah palsu ini terkumpul sejak 2008 sampai 2013 dan tersimpan di Bareskrim Polri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul-nonaktif
Terkini