Australia Segera Tinjau Regulasi Investasi Properti Asing

Bisnis.com,28 Mar 2014, 01:42 WIB
Penulis: Oktaviano DB Hana
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Australia berencana meninjau kembali regulasi yang mengatur investasi asing di pasar perumahan lokal.

Pasalnya, ekspansi sejumlah besar pembeli asing dalam beberapa tahun terakhir ke pasar properti Australia akhirnya menghadirkan kekhawatiran akan peningkatan harga rumah yang signifikan.

Victorian MP Kelly O'Dwyer, anggota Komite Ekonomi di Parlemen Australia, mengatakan pihaknya akan menyelidiki apakah keluarga muda di Autralia sulit menjangkau harga rumah sebagai akibat dari peningkatan investasi asing.

Dia menerangkan komite akan melihat kondisi saat ini dan mencari bukti apakah kerangka investasi asing telah menaikkan harga hunian secara signifikan.

“Komite akan mengadakan pertemuan dengar pendapat dengan publik untuk mengecek kondisi di lapangan,” katanya, seperti dikutip dari Global Property Guide, Kamis (27/3/2014).

Menurutnya, pemerintah berupaya agar setiap warga negara Australia dapat memiliki rumah pribadi. Kendati tidak mudah, lanjutnya, pemerintah berharap investasi asing semakin mempersulit pencapaian tujuan terebut.

“Maksud mendasar dari kebijakan investasi asing di sektor real estat adalah untuk meningkatkan pasokan hunian dan menumbuhkan peluang kerja melalui industri konstruksi. Dan penyelidikan ini akan menentukan apakah itu masi sesuai tujuannya,” imbuhnya.

Menurut beberapa penelitian, investor asal China mendominasi pembelian asing dengan porsi mencapai 12% dari seluruh pasokan perumahan baru di Australia. Meskipun masih cukup rendah,  rasio pembelian oleh investor China jauh lebih tinggi di kota-kota besar.

Investor China diperkirakan akan membeli 14% dari total hunian baru di Sydney dan 18% di Melbourne.

“Bahkan beberapa blok apartemen di dua kota itu diyakini dimiliki 100% oleh warga negara China.”

 Adapun, laporan yang baru-baru ini dirilis Credit Suisse menyebutkan dalam tujuh tahun terakhir konsumen asal negeri Tirai Bambu mengalokasikan AU $24  miliar (US $21,80 miliar) untuk membeli properti di negeri Kanguru.

“Sementara itu, hingga 2020 pembeli asal China diprediksi akan meningkatkan pembelian hingga  AU $ 44 miliar (US $39,97) senilai properti residensial Australia pada tahun 2020,” ungkap laporan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sepudin Zuhri
Terkini