PILEG 2014: Pasar Diprediksi Tak Terlalu Bereaksi Terhadap Hasil Quick Count

Bisnis.com,09 Apr 2014, 19:35 WIB
Penulis: Sri Mas Sari
Ilustrasi/Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Pasar keuangan diperkirakan tidak akan bereaksi terlalu mengejutkan setelah hasil perhitungan cepat beberapa lembaga survei menempatkan PDI Perjuangan dan Partai Golkar di urutan teratas.

Kepala Ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti berpendapat pasar sudah berekspektasi dua partai itu yang bakal mendulang suara terbanyak.

“Apakah itu PDI-P atau Golkar, itu tidak akan mengagetkan pasar. Apalagi dengan pencalonan Jokowi (capres PDI-P Joko Widodo), market sudah expect. Saya rasa tidak akan ada reaksi,” katanya, Rabu (9/4/2014).  

Destry mengemukakan hasil quick count yang menunjukkan tidak adanya kekuatan yang dominan akan membuka peluang terbentuknya kembali koalisi di pemerintahan dari partai-partai peraih suara terbanyak.

Namun, koalisi itu tidak akan seberagam kabinet koalisi sebelumnya sehingga implikasinya terhadap keputusan di bidang ekonomi, tidak akan terlalu banyak tarik-ulur kepentingan.

Apapun bentuk kabinet nanti, lanjutnya, pasar berharap pemerintahan baru melanjutkan kebijakan-kebijakan pemerintahan sebelumnya yang bagus, tetapi belum tuntas. Sebagai contoh, penyesuaian harga BBM subsidi dan konversi BBM ke BBG.

“Ini memang perlu keberanian karena ada pihak-pihak yang dirugikan, misalnya importir minyak,” tuturnya.

Selain itu, lambannya pembangunan infrastruktur akibat tersendat persoalan pembebasan lahan juga menjadi pekerjaan rumah pemerintahan selanjutnya.

UU No 2/2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang berlaku efektif mulai Januari 2015 untuk proyek yang sudah berjalan, menjadi keuntungan bagi pemerintahan baru untuk mengejar ketertinggalan.

Pemerintahan baru pun harus dapat menyelesaikan masalah struktural di bidang industri manufaktur, terutama industri bahan setengah jadi (intermediate goods) yang selama ini minim, sebagaimana terjadi di industri baja dan petrokimia.

“Pemerintahan baru harus berani memberi insentif fiskal untuk pengembangan industri hulu. Jangan hanya industri hilirnya saja yang dikembangkan, tetapi industri hulu untuk memasok bahan bakunya tidak,” tuturnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini