PERMAINAN TRADISIONAL: Faktor Penenggelam di Zaman Modern

Bisnis.com,20 Apr 2014, 14:00 WIB
Penulis: Inda Marlina
Kejayaan permainan tradisonal sampai tahun 80-an awal. /bisnis.com

Bisnis.com, YOGYAKARTA - Di Yogyakarta, Hosni Bimo Wicaksono, salah seorang pendidik bidang Wisata Budaya Kampung Dolanan, yang ada di Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) Among Siwi, Dusun Pandes, Panggungharjo, Kecamatan Sewon, Bantul, DIY, mengatakan banyak faktor yang menyebabkan permainan tradisional mulai tenggelam di masyarakat.

Pertama, karena zaman semakin modern sehingga menuntut manusianya untuk lebih dekat dengan produk-produk berteknologi.

Kedua, semakin minimnya para perajin yang membuat produk permainan anak tradisional karena kalah bersaing dengan produsen permainan anak modern.

Ketiga, para orang tua yang lebih memilihkan anak-anaknya permainan modern ketimbang permainan tradisonal. Alasannya macam-macam, karena khawatir akan keselamatan anaknya, atau hanya karena gengsi semata.

PAUD Among Siwi merupakan organisasi pendidikan bagi anak usia dini yang menawarkan model pendidikan alternatif bagi masyarakat, berdiri sejak 2011. Selain karena biayanya yang sangat murah, yaitu Rp 10.000, perbulan bagi setiap siswa, PAUD ini terkenal dengan pendidikan akan pentingnya permainan anak tradisonal bagi generasi penerus bangsa.

“Kira-kira sampai tahun 80-an awal kejayaan permainan tradisonal.  Karena sejak saat itu permainan modern masuk, permainan tradisional sudah mulai jarang diminati,” katanya.

Banyak pihak yang beranggapan, seperti apapun canggih dan amannnya permainan modern, tetap memiliki dampak negatif yang dapat merusak perkembangan anak, terutama perkembangan sosial. Permainan modern seperti games dipercaya hanya akan menanamkan sifat individualistis bagi sang anak. Anak yang sejak kecil hanya bermain permainan modern akan cuek terhadap lingkungan sekitar, sehingga kecerdasan sosialnya akan terganggu. (Inda Marlina & Deliana Pradhita Sari)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini