Menuju MEA 2015, Pengusaha Mulai Gelisah

Bisnis.com,28 Apr 2014, 17:15 WIB
Penulis: Pamuji Tri Nastiti
Logo Masyarakat Ekonomi Asean. Pengusaha daerah mulai gelisah/JIBI

Bisnis.com, SEMARANG--Era pasar bebas kawasan Asia Tenggara tinggal menunggu waktu. Di balik optimisme menuju Masayarakat Ekonomi Asean, ternyata menyisakan kegelisahan para pengusaha muda. Pada kondisi itu muncul tanya, siapkah pebisnis bertarung.

Muhammad Reza Tarmizi, Wakil Ketua Bidang Perdagangan Kadin Jawa Tengah masih mengkhawatirkan persoalan standarisasi produk, terutama ia menyoroti proses dan penerapan sertifikasi barang hasil industri kecil menengah (IKM).

Pengurus Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) Jateng itu menilai saat pemerintah meminta penerapan standar produk, di sisi lain pasar internasional juga mengharuskan mutu barang sesuai pasar mereka.

"Pengusaha banyak yang sudah menerapkan sertifikasi, baik SNI maupun SVLK untuk produk kayu dan olahannya. Tetapi pasar global juga tidak melulu mudah ditembus dengan standar yang sudah diterapkan," ujarnya, Senin (21/4/2014).

Menurut dia, pertarungan menuju MEA 2015 sama halnya bersiap menuju pasar dunia yang lebih luas, tidak hanya mencakup Asia Tenggara. Pasar Uni Eropa dan Amerika Serikat pun perlu menjadi sasaran pasar utama produk andalan Jateng seperti garmen, mebel dan produk makanan olahan.

"Kita sama-sama tahu, dengan modal sertifikasi yang diwajibkan, pasar AS tetap jadi sasaran yang sulit ditembus produk Asia baik produk makanan dan lainnya."

MEA 2015 bagi Reza dan pengusaha muda lainnya bukan hanya transfer produk dari regional satu ke wilayah lain. Lebih dari itu, akan ada mobilitas SDM dari negara tetangga yang dianggap lebih mumpuni soal bahasa, keterampilan hingga pengetahuan.

Sekretaris Umum Hipmi Jateng Arnaz Agung Andrarasmara melihat konsep MEA belum banyak diketahui IKM. Sementara ini, pengertian pasar bebas baru sebatas diterima sebagai wacana dan sosialisasi, belum menuju pada upaya untuk bersaing.

"Jangankan usaha menyemarakkan pasar bebas, soal cara menyamaratakan kualitas produk saja masih sulit bagi kawan-kawan IKM," jelasnya.

Arnaz menilai kegelisahan justru belum dirasakan pelaku IKM, tetapi sektor usaha menengah dan sedang yang selama ini telah mengetahui rencana single market kawasan Asean itu.

Padahal, lanjutnya, usaha yang bakal terdampak langsung adalah IKM hingga usaha kecil mikro menengah (UMKM) Jateng yang jumlahnya mencapai lebih dari 7 juta pelaku usaha.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini