Bisnis.com, JAKARTA – Bank Indonesia diperkirakan masih akan menerapkan kebijakan moneter ketat dengan kembali menaikkan suku bunga acuan (BI Rate) sebesar 50 bps hingga 150 bps pada tahun ini menjadi 8% hingga 9%.
Demikian terungkap dalam hasil survei oleh PwC Indonesia yang dikutip Bisnis, Jumat (16/5/2014).
Kebijakan moneter ketat telah diterapkan pada tahun lalu, ketika Bank Sentral menaikkan suku bunga acuan sebesar 175 bps dalam lima tahap sejak Juni 2013.
Sejalan dengan peningkatan suku bunga acuan, maka perebutan likuiditas di pasar pun diprediksi akan makin sengit. Industri perbankan harus menebus dana pihak ketiga dengan harga tinggi, terutama deposito.
Jusuf Wibisana, Partner PwC Indonesia, mengatakan tekanan biaya dana memang mengakibatkan tergerusnya pendapatan bank. Namun demikian, para bankir masih optimistis tingkat profitabilitas perbankan di Indonesia masih paling tinggi di kawasan, dengan proyeksi margin bunga bersih (nett interest margin/NIM) pada kisaran 5%.
“Bandingkan dengan Singapura atau Malaysia, Indonesia masih lebih tinggi,” katanya.
Survey bertajuk Indonesian Banking Survey 2014 tersebut diselenggarakan pada Januari-Februari 2014 terhadap 82 orang bankir senior yang bekerja di 30 bank beraset terbesar di Indonesia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel