Tren Pasar Berubah, Sampoerna Tutup 2 Pabrik SKT

Bisnis.com,19 Mei 2014, 18:11 WIB
Penulis: Riendy Astria
SKT Sampoerna. Perseroan tutup dua pabrik karena tren pasar berubah/JIBI

Bisnis.com,  JAKARTA-- Kementerian Perindustrian menyatakan tutupnya dua pabrik Sigaret Kretek Tangan (SKT) milik PT HM Sampoerna disebabkan oleh tren pasar yang berubah dari rokok kretek konvensional menjadi rokok kretek mild/filter.

Dirjen Industri Agro Kemenperin Panggah Susanto mengatakan pasar rokok sangat mendikte pole produksi di pabrik rokok. Adapun sepanjang dua tahun terakhir, tren/selera pasar berubah dengan cepat. Rokok kretek konvensional mulai ditinggalkan oleh para konsumennya.

 “Ya karena ini, pihak Sampoerna sudah bertemu baru saja, tidak ada alasan lain. Karena memang tren pasar yang berubah, dua tahun terakhir permintaan rokok SKT turun terus,” kata Panggah di Jakarta, Senin (19/5/2014).

HM Sampoerna diketahui memutuskan untuk menutup dua dari tujuh pabrik SKT dan melakukan pemutusan hubungan kerja terhadap 4.900 karyawannya. Mulai 31 Mei 2014, HM Sampoerna menutup pabrik SKT di Lumajang dan Jember, Jawa Timur. Panggah mengatakan pihaknya tidak bisa melarang keputusan perusahaan itu lantaran kondisi pasar yang memang sudah tak bisa diharapkan lagi.

 “Saya berpesan, uang PHK dan sebagainya itu diselesaikan. Kemudian, hak lebaran dan lainnya juga harus diberikan, harus ada plus-nya setidaknya,” tambahnya.

Dia menegaskan ditutupnya dua pabrik tersebut tidak ada hubungannya dengan cukai rokok atau isu apapun. Penutupan murni lantaran perubahan preferensi. Dia meminta agar semua pihak jangan mengaitkannya dengan kondisi ekonomi atau hal-hal yang bisa menimbulkan kesalahpahaman. “Belum ada kabar dari perusahaan lain, mungkin arahnya ke situ ya, semoga yang bisa dicegah masih bisa dicegah.”

Saat ini, jumlah produksi rokok kretek tangan dua tahun lalu mencapai 74 miliar batang. Sedangkan pada kuartal I/2014, produksi hanya 15 miliar batang. “Hitung saja setahun, paling hanya 45 miliar batang, produksi menurun juga.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini