JELANG RAMADAN: Konsumsi Mamin Diprediksi Melambat

Bisnis.com,21 Mei 2014, 16:51 WIB
Penulis: Riendy Astria
Penjualan makanan di supermarket. Konsumsi makanan dan minuman melambat jelang Ramadhan/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA---Pelaku usaha industri makanan dan minuman memprediksi penjualan atau konsumsi makanan dan minuman pada masa puasa dan lebaran tahun ini melambat dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman Indonesia (GAPMMI) Adhi S. Lukman mengatakan menjelang puasa dan lebaran, pabrikan makanan dan minuman memang sudah menaikkan produksi dua kali lipat dibandingkan dengan produksi di bulan-bulan biasa. Namun yang menjadi masalah saat ini, peningkatan kapasitas tidak sesuai dengan infrastruktur gudang sehingga membuat produksi menumpuk. Masalah ini memang sudah menjadi masalah tahunan.

Untuk mengantisipasinya, sebagian besar pelaku usaha menyewa beberapa gudang kosong milik pemerintah. Antisipasi tersebut memang menimbulkan biaya tambahan, tetapi itu sudah diperhitungkan.

“Tetapi untuk puasa dan lebaran tahun ini terus terang agak slow. Biasanya sekarang sudah terjadi deal untuk penjualan puasa Lebaran, tetapi sampai sekarang belum. Ada yang sudah tetapi tidak banyak, mungkin karena masih fokus pemilu,” kata Adhi di Jakarta, Rabu (21/5/2014).

Dia berharap, menjelang pemilihan presiden bisa terjadi peningkatan yang signifikan. Biasanya, industri makanan dan minuman paling tinggi permintaannya pada saat masa kampanye.Untuk pilpres tahun ini, dia memperkirakan pengerahan massa akan lebih besar dan kampanye akan lebih ramai sehingga bisa mendongkrak penjualan makanan dan minuman.

Adapun saat pemilihan legislatif beberapa waktu lalu, target peningkatan konsumsi sebesar 15%-20% tidak tercapai. Kebanyakan kampanye pileg dilakukan tertutup dan hanya rapat sehingga belanja konsumsi tidak sebesar tahun sebelumnya.

“Kalau rata-rata omzet Rp50 triliun per bulan kami harapkan tadinya naik 15%-20%, tetapi tidak tercapai. Untuk kampanye pilpres ini, kami prediksi akan ada peningkatan konsumsi selama sebulan, yakni sebesar 20-30%,” tambahnya.

Adapun pengaruh kenaikan tarif listrik, pihaknya mengkhawatirkan akan ada kenaikan harga sekitar 9%-10% lantaran bertambahnya biaya produksi. Mengenai kompensasi, dia berharap pemerintah bisa memperbaiki infrastruktur guna meminimalisir biaya logistik yang sudah cukup tinggi.

“Kami bingung ingin kompensasi apa, masalah infrastruktur kan memang belum ada solusinya saat ini. Kami berharap pemimpin baru bisa melakukan dan mempercepat pembangunan infrastruktur untuk mengatasi persoalan logistik.”

Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan menjelang puasa dan Lebaran sudah dipastikan produsen akan meningkatkan kapasitas produksinya. “Saya perkirakan akan ada pertumbuhan produksi sampai 20% pada puasa dan Lebaran tahun ini,” kata Hidayat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini