Dolar AS Masih Merajai Pasar Valas

Bisnis.com,10 Jun 2014, 21:35 WIB
Penulis: Ardhanareswari AHP

Bisnis.com, JAKARTA--Dolar AS masih berkilau melawan sebagian besar mata uang utama dunia. Analis menilai penguatan dolar masih bakal bertahan sepanjang tahun ini.

Putu Agus Pransuamitra, analis dari PT Monex Investindo Futures mengatakan data ketenagakerjaan Amerika Serikat yang rilis akhir pekan lalu masih menjadi penggerak utama.
 
"Kalau terhadap mata uang utama masih positif karena data nonfarm payroll masih positif, terutama terhadap euro," katanya saat dihubungi Bisnis, Selasa (10/6).
 
Menurutnya disparitas kebijakan antara Bank Sentral Eropa, European Central Bank (ECB) dan Federal Reserve (the Fed), Bank Sentral AS membuat euro kehilangan pamor di hadapan dolar.
 
Saat the Fed mengetatkan kebijakan moneternya dengan mengurangi stimulus, ECB justru menggelontorkan stimulus untuk memompa perekonomian zona euro.
 
Meski dolar melemah terhadap yen hari ini, Putu menilai data perekonomian AS yang membaik masih bisa menjadi senjata utama untuk melawan yen Jepang. Adapun terhadap poundsterling, kata Putu, pasar hanya butuh momentum sebelum akhirnya poundsterling sedikit rebound.
 
Menurutnya saat ini pasar masih berharap Bank Sentral Inggris, Bank of England (BoE) akan memberikan sinyal kenaikan suku bunga lebih cepat. Paling tidak, katanya, poundsterling atau GBP bisa rebound saat notulensi rapat BoE dirilis sekitar bulan depan.
 
Sementara terhadap dolar Australia tampak lebih kuat melawan dolar dibandingkan dengan mata uang utama lainnya. Hal ini dipacu oleh rilis data ekono China yang cenderung membaik belakangan ini. Negeri Tirai Bambu itu adalah rekan dagang terbesar bagi Australia, negara ini mengekspor sebagian besar komoditasnya ke China.
 
Namun, jika ditilik secara keseluruhan nilai dolar cenderung bakal menguat terhadap keseluruhan mata uang, termasuk major currencies. Paling tidak hingga tengah bulan ini pasar bakal berfokus pada hasil rapat Fed Open Market Committee (FOMC).
 
Rapat pejabat the Fed itu akan digelar pada 17-18 Juni. Pasar menantikan keputusan the Fed tentang sinyal kenaikan suku bunga.
 
Sementara dalam jangka waktu yang lebih panjang, Putu pun menilai dolar masih ada di posisi kuat. "Sepanjang tahun ini kayaknya bakal menguat karena di kuartal II ini sudah bisa membuktikan perbaikan data," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini