Bisnis.com, SERANG—Kenaikan secara umum yang terjadi pada suku bunga simpanan dari 4,07% menjadi 4,43% pada kuartal I/2014 diyakini sebagai penyebab merosotnya kinerja perbankan syariah di Provinsi Banten.
Budiharto Setyawan, Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, mengatakan kenaikan suku bunga simpanan secara umum yang terdiri dari suku bunga deposito, giro dan tabungan telah menyebabkan pergeseran penyaluran simpanan dari syariah ke konvensional.
“Dewasa ini masyarakat lebih mengedepankan rasionalitas. Ketika kondisi bunga lebih tinggi dari imbal hasil bank syariah, tidak hanya masyarakat nonmuslim yang menabung di bank konvensional, umat muslim yang menabung di bank syariah juga terlihat mengalihkan simpanannya,” ujarnya di Serang, Jumat (15/6/2014).
Ketika terjadi pergeseran penghimpunan DPK, secara otomatis menekan kinerja perbankan syariah baik pada sisi aset maupun penyaluran pembiayaan. Aset perbankan syariah tumbuh melambat sebesar 8,21% (year-on-year) dengan nilai Rp6,73 triliun lebih rendah dari kuartal sebelumnya, yakni 11,64% senilai Rp6,83 triliun.
Kenaikan suku bunga simpanan secara umum terutama didorong oleh peningkatan suku bunga deposito dari 7,11% menjadi 7,38%. Sementara simpanan giro naik dari 2,13% menjadi 2,31%, sementara suku bunga tabungan justru menurun dari 1,92% menjadi 1,9%.
Data BI Kantor Perwakilan Provinsi Banten juga menunjukkan penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah pada kuartal I/2014 mengalami penurunan dari 25,59% pada kuartal sebelumnya menjadi sebesar Rp5,42 triliun pada kuartal tersebut.
“Ketika perbankan konvensional sedang berusaha meningkatkan likuiditas, tentu mereka akan menaikkan bunga. Dan hal ini secara signifikan memengaruhi kinerja perbankan syariah,” tuturnya.
Oleh karena itu, nilai simpanan pada perbankan syariah hanya berkontribusi sebesar 4,46% dari total simpanan masyarakat di wilayah Banten. Sementara kontribusi aset perbankan syariah dari total aset perbankan di Provinsi Banten juga hanya sebesar 5,6%.
Pergeseran simpanan ini menjadikan kinerja bank umum pada kuartal I/2014 di wilayah ini menjadi semakin baik. Hal itu tercermin dari pertumbuhan pada indikator utama seperti aset, penyaluran kredit, dan penghimpunan DPK.
Data menunjukkan aset bank umum mengalami pertumbuhan sebesar 21,17% (yoy), melonjak dari kuartal sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 14,55% (yoy). Nilai aset bank umum di Banten pada periode ini juga mencapai Rp126,89 triliun dari Rp122,71 triliun pada kuartal sebelumnya.
Faktor utama pendorong peningkatan aset tersebut adalah pertumbuhan aset perbankan konvensional yang melonjak menjadi 21,99% (yoy) dengan nilai sebesar Rp120,16 triliun dari 14,73% pada kuartal sebelumnya.
Rasio intermediasi perbankan (loan to deposit ratio) akhirnya mengalami penurunan menjadi 69,96% dari 72,45% pada kuartal sebelumnya. Penurunan ini didorong oleh turunnya LDR perbankan konvensional akibat pertumbuhan simpanan masyarakat lebih tinggi dibanding pertumbuhan kredit.
Penurunan LDR, menurut data juga diikuti oleh meningkatnya rasio kredit bermasalah (NPL) ke level 1,8% dari 1,52% pada kuartal IV/2013. Namun begitu, Budi meyakini angka tersebut masih berada pada level yang terkendali.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel