Bisnis.com, JAKARTA - HSBC memperbarui produk dan layanan premier untuk menyasar nasabah affluent market (menengah ke atas)di Indonesia.
Siddharth Baidwan, Head of Retail Banking and Wealth Management HSBC Indonesia, mengungkapkan Indonesia termasuk negara dengan peningkatan jumlah kelas menengah atas yang menjanjikan.
Di tengah krisis yang masih begejolak, publikasi Bank Dunia menunjukkan bahwa ekonomi Indonesia pada 2014 telah mencapai posisi nomor 10 terbesar di dunia.
HSBC Indonesia mempermudah layanan keuangan untuk segmen affluent dengan online banking, transfer bebas biaya antar rekening HSBC, dan penggantian kartu hilang dalam 24 jam.
Diza Larantie, Head of Network HSBC Indonesia, mengatakan HSBC Premier memberikan layanan keuangan (wealth management) kelas dunia di 32 negara.
"Syarat utamanya nasabah menempatkan dana minimal Rp500 juta di HSBC. Nasabah mendapatkan pelayanan di mana pun berada tanpa susah-susah saat berpergian," ungkapnya, Rabu (18/6).
Berdasarkan data BC Global Wealth Marketing Sizing Database, 2012, jumlah segmen mass affluent di Indonesia dengan kekayaan pribadi Rp1 miliar-Rp2,5 miliar sebanyak 344.000 orang.
Segmen affluent dengan kekayaan pribadi Rp2,5 miliar-Rp10 miliar sebanyak 208 orang. Segmen emerging wealthy dengan kekayaan pribadi di atas Rp50 miliar sebanyak 13 orang.
Riset yang dilakukan HSBC menunjukkan adanya perubahan cara pandang para individu di kelas affluent tersebut. Perubahan ini membuka peluang yang ingin ditangkap oleh HSBC melalui pendekatan baru bagi nasabah Premier, yaitu Personal Economy.
Melalui konsep ini pengelolaan dana dan investasi tidak saja didasarkan atas akumulasi nilai. Namun dilakukan secara lebih holistik dengan menggali tujuh pilar kehidupan yaitu: Home, Family, Business, Legacy, Passion, Experience dan Work-Life balance.
Menurut dia, kemudahan layanan personal banking dibuat guna beradaptasi terhadap perubahan nilai-nilai hidup masyarakat tentang keuangan yang bergeser 10 tahun belakangan ini.
Perubahan nilai-nilai personal ekonomi tersebut yakni, dari aspek usia nasabah cenderung lebih muda dengan usia mulai 30 tahun. Hal ini berbeda dibandingkan 10 tahun lalu, di mana rata-rata nasabah berusia 50 tahun.
Dari aspek mobility, nasabah saat ini cenderung peka dan sangat dekat dengan perkembangan teknologi informasi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel