KRISIS IRAK: Parlemen Baru Gagal Memilih PM

Bisnis.com,01 Jul 2014, 23:50 WIB
Penulis: Samdysara Saragih
Osama al-Nujaifi (ka), juru bicara Dewan Perwakilan Irak, dan Deputi Perdana Menteri Irak Rose Nuri Shaways duduk saat menghadiri acara di parlemen di Baghdad 1 Juli 2014. Kelompok Sunni dan Kurdi meninggalkan forum pertama parlemen baru Irak pada Selasa setelah kelompok Syiah gagal menentukan perdana menteri pengganti al-Maliki. /Reuters

Bisnis.com, BAGHDAD – Meski laju militan semakin ofensif dan korban jiwa telah melampaui 2.000 orang, namun elit politik di Irak masih belum satu suara dalam memilih pemimpin negeri itu.

Sebagaimana dilansir Associated Press, sidang perdana parlemen baru Irak hari ini gagal memilih perdana menteri yang baru.

Pelaksana Ketua Parlemen Mahdi Al Hafidh menutup sidang parlemen beranggotakan 328 orang tersebut karena tidak kuorum. Pasalnya, sebagian anggota parlemen dari Sunni dan Kurdi tidak kembali usai jeda istirahat.

Seluruh sesi, dari menyanyikan lagu kebangsaan hingga kata penutup Hafidh, hanya berlangsung kurang dari dua jam. Kebuntuan ini akn memperpanjang manuver untuk mengisi posisi PM, presiden, dan ketua parlemen.

Minggu lalu, ulama senior Syiah Ayatollah Ali Al Sistani mendesak parlemen untuk memutuskan tiga posisi tersebut sebelum Selasa, dengan harapan mencegah terjadinya perselisihan berbulan-bulan yang dapat membuat negara tidak stabil.

PM petahana Nuri Al Maliki berada di bawah tekanan kuat untuk mengundurkan diri, meski koalisinya merupakan mayoritas di parlemen. Kelompok Sunni dan Kurdi menuduhnya telah melanggar janji yang dianggap salah satu pemicu bangkitnya milisi Sunni di Negeri 1001 Malam.

Pemerintahan baru sangat mendesak mengingat kelompok Negara Islam di Irak dan Suriah (ISIL) telah menguasai wilayah utara dan barat Irak. Laporan terbaru Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebutkan korban jiwa dari pertempuran telah malampaui angka 2000 orang. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini