Ferrostaal Belum Dapat Gas, Menperin Surati Presiden

Bisnis.com,02 Jul 2014, 21:11 WIB
Penulis: Riendy Astria
Eksplorasi gas. Ferrostaal belum dapat pasokan yang dijanjikan pemerintah

Bisnis.com,  JAKARTA-- Hingga kini, rencana pengembangan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat yang akan dikembangkan oleh Ferrostaal Industrial Projects GmbH belum bisa terlaksana lantaran belum mendapatkan kepastian alokasi gas.

Dikabarkan, belum adanya pasokan gas dari pemerintah membuat Ferrostaal mulai marah. Pemerintah dinilai tidak bisa memberikan jaminan pasokan kepada investor yang serius melakukan investasi. Menteri Perindustrian M.S. Hidayat mengatakan pihaknya sudah menyurati Presiden Susilo Bambang Yudhoyono terkait masalah ini.

Menurutnya, Ferrostaal investasi dengan jumlah besar, yakni sekitar US$1,8 miliar sehingga harus mendapatkan prioritas. Apalagi, investasi di sektor petrokimia sangat dibutuhkan Indonesia mengingat impor petrokimia yang mencapai di atas US$10 miliar pada 2013.

“Sampai saat ini belum ada jaminan. Kami sedang lakukan diskusi dengan Kementerian ESDM. Kami juga sudah menyurati presiden minggu lalu, tetapi belum dapat balasan. Sibuk pemilu ini mungkin,” kata Hidayat di Kemenperin, Rabu (2/7/2014).

Dia menginginkan agar proyek pembangunan komplek pabrik petrokimia ini menjadi prioritas pemerintah. Proyek ini dinilai sejalan dengan program pemerintah yang mengarahkan investasi di luar Pulau Jawa. Namun sayang, pemerintah, dalam hal ini Kementerian ESDM belum bisa memberikan jaminan.

“Dulu dikatakan akan diberikan gas dari perusahaan Genting Oil yang melakukan pemboran di Papua Barat. Kami sudah berjuang bertanya terus meminta kepastian dari berbagai instansi terkait, tetapi belum dapat, diberi opsi terus, Ferrostaal sudah marah karena kita tidak memberikan kepastian,” paparnya.

Padahal, investor sendiri sudah meyiapkan diri sejak lama. Perlu diketahui, Ferrostaal, perusahaan multinasional yang bergerak di bidang petrokimia resmi mengajak PT Chandra Asri Petrochemical Tbk untuk melakukan kajian studi kelayakan dalam mengembangkan komplek pabrik petrokimia di Teluk Bintuni, Papua Barat ini. Hal tersebut tertuang dalam nota kesepahaman (memorandum of understanding/MoU) kedua belah pihak pada Kamis (18/7/2013).

“Mereka sudah siap, lahan sudah siap, kerjasama dengan pemerintah daerah juga sudah. Hanya menunggu gas,” tegas Hidayat.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini