Neraca Perdagangan Masih Defisit, BI Rate Sulit Turun

Bisnis.com,10 Jul 2014, 11:11 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
Ilustrasi/JIBI

Bisnis.com, JAKARTA--Untuk menjaga kondisi fundamental yang berkesinambungan, Bank Indonesia menilai inflasi, neraca transaksi berjalan, dan perdagangan harus terus dijaga serta disehatkan.

Bank Sentral juga menilai pertumbuhan kredit yang tepat untuk industri perbankan Indonesia 15%—17%, guna menjaga stabilitas perekonomian Indonesia.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.  W.  Martowardojo mengungkapkan laju kredit industri perbankan sudah semakin melambat, dari akhir tahun lalu pertumbuhan di 21%, hingga pertengahan tahun ini hampir berkisar 17%.

Selain mengawasi perbankan secara makroprudential,selaku otoritas moneter, BI juga berwenang untuk melakukan penyesuaikan terhadap suku bunga acuan BI (BI Rate).

"Jika tingkat suku bunga diturunkan supaya pertumbuhan ekonomi tinggi, akan tetapi ada hal yang perlu diwaspadai yakni neraca perdagangan dan transaksi berjalan yang sudah defisit selama 11 bulan, tanda tak sehat," ungkapnya, Rabu (9/7/2014).

Di sisi lain, Agus mengungkapkan kondisi likuiditas perbankan hingga Juli 2014 mencatatkan pembaikan, terlihat dari kondisi LDR yang melonggar di kisaran 90%. Adapun pertumbuhan DPK pada Juli berkisar 14%—15% dan pertumbuhan kredit di 17%.

“Pertumbuhan kredit yang melambat tahun ini akan membuat penyehatan terhadap defisit transaksi berjalan,” ungkapnya.

Agus menilai kondisi perekonomian Indonesia sudah menunjukan perbaikan, akan tetapi belum cukup berkesinambungan, sehingga diperlukan perbaikannya dari sisi neraca perdagangan nonmigas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor:
Terkini