Bisnis.com, MANADO—Kredit macet (non-performing loan/NPL) di Sulawesi Utara dinilai masih berada di level aman, yakni 3,52%, sepanjang kuartal II tahun ini.
Meskipun demikian, angka itu cenderung mengalami peningkatan dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar 2,32%.
Kepala Perwakilan Bank Indonesia Sulawesi Utara (Sulut) Luctor E Tapiheru mengungkapkan fungsi intermediasi perbankan terlihat berjalan melambat, tecermin dari penurunan loan to deposit ratio (LDR) dari 129,92% pada kuartal II tahun lalu menjadi 126,76% pada kuartal II/2014.
“Hal itu disebabkan oleh pertumbuhan DPK [dana pihak ketiga] yang jauh lebih cepat daripada pertumbuhan kredit,” tuturnya, Selasa (22/7/2014).
Berdasarkan data BI Sulut, penyaluran kredit di daerah tersebut mengalami perlambatan pada kuartal II/2014 sejalan dengan arah kebijakan moneter yang dilakukan pemerintah.
Penyaluran kredit tercatat Rp24,54 triliun pada kuartal II/2014 atau tumbuh 11,76% (year on year), lebih rendah dibandingkan dengan pertumbuhan periode yang sama tahun lalu 22,63%.
Dari total kredit yang disalurkan itu, menurutnya, kredit modal kerja tumbuh 8,85% menjadi Rp7,09 triliun atau mengambil porsi 28,89%. Selanjutnya, kredit investasi tercatat sebesar Rp2,76 triliun atau turun 1,96% dan mengambil kontribusi 11,24% dari total kredit.
“Sementara itu, kontribusi kredit konsumsi paling besar sebesar 59,82% sebesar Rp14,68 triliun atau tumbuh 16,34% dari realisasi kuartal II tahun lalu,” katanya.
Kendati cenderung melambat, kredit konsumsi masih tumbuh kuat di tengah upaya pengereman laju pertumbuhan kredit.
Pertumbuhan kredit konsumsi yang berada di atas rata-rata total kredit menyebabkan pangsa kredit konsumsi terhadap keseluruhan kredit relatif meningkat dan terus berada pada level tinggi.
Semakin besarnya kredit konsumsi itu juga diikuti dengan tren peningkatan rasio kredit macet, meski masih cukup rendah, yakni 2,53%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel