Bisnis.com, JAKARTA—Layanan e-channel terus menunjukkan tren positif dalam bisnis bank. Tak hanya mengandalkan pendapatan berbasis bunga, bank kini berharap banyak pada fee based income termasuk dari layanan e-channel alias e-banking.
Dari sejumlah bank yang telah mempublikasikan laporan keuangan triwulan II/2014 diketahui bisnis layanan e-channel terus menanjak. PT Bank Rakyat Indonesia Tbk misalnya, hingga semester I/2014 membukukan fee based income Rp431,2 miliar dari layanan e-banking yang meliputi ATM (anjungan tunai mandiri), internet banking, dan SMS banking.
Jumlah itu lebih besar dibandingkan periode yang sama 2013 yang hanya mencapai Rp276,7 miliar. Sepanjang 2013 BRI meraih fee Rp673,6 miliar dari layanan e-banking mereka. Dibandingkan 2012 terjadi kenaikan signifikan. Pada 2012 fee yang diperoleh BRI dari layanan ini hanya mencapai Rp377,3 miliar.
“Kami ingin sebagian besar transaksi dilakukan melalui e-channel. Kami akan selalu tambah jumlahnya, baik ATM, EDC (electronic data capture) maupun layanan internet banking,” ujar Sekretaris Perusahaan BRI Budi Satria kepada Bisnis, Minggu (10/8/2014).
Dia mengatakan hingga akhir 2014 ditargetkan terdapat 20.000 ATM BRI. Pihaknya juga akan menambah 30.000 EDC sepanjang tahun ini. Hingga akhir Juni lalu BRI sudah memiliki 19.073 ATM yang tersebar di berbagai daerah.
Pemegang kartu ATM BRI meningkat 45,6% year on year dari 18 juta menjadi 27,3 juta di triwulan II/2014. Adapun jumlah pengguna SMS Banking BRI yang pada Triwulan II/2013 tercatat 4,28 juta, per akhir Juni 2014 meningkat 74,2% menjadi 7,46 juta. Jumlah pengguna internet banking BRI juga naik 156,7% year on year, dari 640.000 menjadi 1,64 juta.
Volume transaksi di ATM BRI tercatat naik 63,6%, dari Rp 277,4 triliun pada Triwulan II/2013 menjadi Rp453,9 triliun di triwulan II/2014. Volume transaksi SMS Banking BRI yang pada triwulan II/2013 hanya tercatat Rp7,7 triliun, melonjak menjadi 295,1% menjadi Rp30,4 triliun pada Triwulan II/2014. Adapun volume transaksi internet banking BRI pada periode yang sama naik 247,2% menjadi Rp25,7 Triliun.
“Fee based income dari e-channel sampai akhir tahun ini ditargetkan mencapai Rp1 triliun, tapi nanti tergantung realisasi penambahan baru layanan e-channel,” kata Budi.
Upaya memacu fee based income dari layanan e-banking juga dilakukan PT Bank Negara Indonesia Tbk. BNI telah mempelopori BUMN dalam berbagai transaksi treasuri seperti cross currency swap bekerja sama dengan Garuda Indonesia. BNI juga menjadi bank pertama di Indonesia yang mengoperasikan mobile point of sales (m-POS) menggandeng Telkomsel.
Upaya peningkatan frekuensi transaksi di BNI juga dilakukan dengan penambahan jumlah outlet dan ATM. Jumlah outlet BNI pada hingga Juli 2014 tercatat 1.722 outlet, meningkat dibandingkan Semester I/2013 yang baru mencapai 1.651 outlet. Adapun jumlah ATM yang tercatat adalah 11.221 unit, meningkat 32% dibandingkan Semester I/2013.
Direktur Utama BNI Gatot M. Suwondo sempat mengatatakan meskipun fee based income perbankan cukup menjanjikan namun pendapatan berbasis bunga masih menjadi andalan. Pasalnya bank masih membutuhkan investasi untuk ekspansi termasuk membuka cabang.
Menurutnya biaya operasional bank belum bisa ditutup dari fee based income saja. Pendapatan bunga bersih BNI hingga semester I/2014 mencapai Rp10,75 triliun, sedangkan pendapatan non bunga sebesar Rp4,8 triliun. Pada semester I/2013 pendapatan bunga bersih dan pendapatan non bunga BNI masing-masing tercatat Rp8,89 triliun dan Rp4,56 triliun.
Menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pendapatan bunga bank umum di Indonesia memang masih tumbuh signifikan. Hingga Mei 2014 pendapatan bunga tercatat Rp222,4 triliun, di mana Rp159 triliun berasal dari kredit kepada nasabah. Jumlah ini lebih besar dibandingkan periode yang sama 2013 yang hanya mencapai Rp176,4 triliun.
Pada Mei 2013 pendapatan bunga dari kredit yang diberikan kepada nasabah tercatat Rp127,6 triliun. Total net interest income (NII) bank umum hingga Mei lalu pun menembus Rp110 triliun, lebih tinggi ketimbang Mei 2013 yang hanya Rp94,6 triliun.
Menurut data OJK, net interest margin (NIM) bank umum pada Mei 2014 tercatat 4,22%, lebih rendah dibandingkan April yang mencapai 4,26%. NIM bank umum pada Mei 2013 bahkan jauh lebih tinggi mencapai 5,41%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel