Pengrajin Tenun Perlu Skema Perdagangan yang Adil. Mengapa?

Bisnis.com,31 Agt 2014, 05:05 WIB
Penulis: Atiqa Hanum
Kain tenun. /

Bisnis.com, JAKARTA— Pemasaran kain tenun punya beragam kendala termasuk soal harga. Satu kain tenun yang dijual pedagang bisa sangat jauh di atas harga yang didapat oleh pengrajin.

Selama perjalanannya mempelajari tenun, Desainer Indonesia Merdi Sihombing merasa bahwa harus diberlakukannya fair trade kepada para pengrajin kain tenun. “Misalnya nih pedagang beli kain dari pengrajin seharga Rp500.000, terus dijual lagi dengan harga Rp2,5 juta atau bahkan sampe Rp5 juta. Itu kan gak adil ya, tidak fair,” tegas Merdi dalam sela-sela peluncuran bukunya yang berjudul 'Perjalanan Tenun' beberapa waktu lalu di Jakarta.

Desainer fesyen dan tekstil ini merasa bahwa perajin tenun sekarang ini sering diperlakukan tidak adil. Dengan kerja keras yang dilakukan, mereka hanya mendapat sedikit upah, sementara para pedagang yang mengambil pasokan kain dari perajin menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi.

“Saya terjun sendiri ke sana, dan saya melihat bagaimana susah payahnya mereka bekerja dengan alat tenun untuk menciptakan kain yang luar biasa indah dengan menyatukan helai per helai benang,” ujar Merdi.

Merdi pun berupaya menghargai pengrajin dengan memberlakukan sistem bagi hasil dalam produksi tenunnya. Pembagian hasil disesuaikan dengan kerja dan usaha yang telah dilakukan untuk menciptakan perdagangan yang adil.

Sinyalemen Merdi ini didukung oleh Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Indonesia Mari Elka Pangestu yang kala itu meresmikan peluncuran buku Merdi. Dia mengatakan bahwa memang harus ada pemberlakuan tersebut dan ini harus didengar oleh para pengusaha dibidang tenun atau lainnya yang menggunakan jasa orang lain.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini