Pebisnis Inggris Desak Renegoisasi dengan Uni Eropa

Bisnis.com,01 Sep 2014, 18:07 WIB
Penulis: Amanda Kusumawardhani
Logo Inggris dan Uni Eropa/Reuters

Bisnis.com, LONDON—Mayoritas pebisnis Inggris berhadap dapat merenegoisasi kesepakatannya dengan Uni Eropa.

Berdasarkan survei yang dirilis Kamar Dagang dan Industri Inggris, sebanyak 60% dari 3.200 pebisnis meyakini upaya tersebut mampu meningkatkan potensi perdagangan yang sudah terjalin.   

Lebih lanjut, mayoritas responden mengemukakan rencana Inggris untuk keluar dari Uni Eropa justru berisiko mencederai ekonomi Inggris. Untuk itu, integrasi antara Inggris dan Uni Eropa masih menjadi fokus utama dari kebanyakan responden yang terlibat dalam survei tersebut.

“Data ini sekaligus merefleksikan bahwa Uni Eropa harus mengambil langkah serius untuk menguntungkan semua anggotanya, Jika itu tidak dilakukan, maka Uni Eropa harus siap kehilangan legitimasinya di masyarakat, tetapi juga pebisnis,” ungkap John Longworth, Direktur Umum Kamar Dagang dan Industri di London, Senin (1/9/2014).

Menurutnya, momen ini seharusnya mampu dimanfaatkan oleh Uni Eropa untuk segera memprioritaskan reformasi. Prospek bisnis Inggris dan perdagangan akan pulih signfikan jika Uni Eropa terus mengedepankan reformasi.   

Seperti diketahui, sejumlah ekonom memprediksi ekonomi Inggris bakal melampaui G7 tahun ini. Negara yang dipimpin oleh Ratu Elyzabeth ini melaju sepanjang April-Juni tahun ini dari kuartal sebelumnya, kontras dengan laju pertumbuhan zona euro yang mencatatkan stagnansi pada kuartal II/2014.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, ekonomi terdongkrak 3,2% atau naik dari estimasi awal yaitu 3,1%. Angka itu merupakan kinerja terbaik selama 6 tahun terakhir.

Namun, apresiasi pound, tumbangnya ekonomi zona euro, dan risiko negatif terhadap memburuknya krisis geopolitik di Ukraina mencuatkan ancaman serius terhadap prospek pemulihan ekonomi Inggris.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini