Kalau BBM Naik Rp1.000, BI Rate Tak Perlu Naik

Bisnis.com,10 Sep 2014, 20:46 WIB
Penulis: Sri Mas Sari

Bisnis.com, JAKARTA -- Sejumlah ekonom berpendapat suku bunga acuan Bank Indonesia tidak perlu naik kalaupun pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla menyesuaikan harga BBM subsidi November tahun ini, dengan asumsi kenaikan hanya Rp1.000 per liter.

Ekonom BII Juniman mengatakan setiap kenaikan harga BBM 10%, akan menambah inflasi 0,8%. Dengan kenaikan Rp1.000 atau 15%, maka tambahan inflasi yang muncul 1,23%.

Dengan asumsi inflasi tahunan (year on year) November 4,5% -- inflasi Agustus 3,99% (y-o-y) -- maka dengan kenaikan harga BBM, inflasi pada bulan itu menjadi 5,73%.

"Kalau inflasi 5,7%, BI rate tidak perlu naik karena suku bunga 7,5% sudah lebih tinggi dari inflasi. BI rate pada tingkat sekarang sudah cukup baik mengelola ekspektasi inflasi," katanya, Rabu (10/9/2014).

Meskipun lebih tinggi dari target inflasi BI 4,5% plus minus 1, Juniman melihat efek kenaikan harga BBM hanya sementara sehingga langkah kebijakan moneter lebih lanjut justru tidak efektif.

Dalam pengamatannya pula, real interest rate (RIR) saat ini masih positif karena relatif tidak terjadi arus modal keluar.

Namun, lanjutnya hal yang penting adalah pemerintah harus menjamin kelancaran pasokan barang dan jasa untuk mengelola ekspektasi inflasi.

Pendapat yang sama juga dikemukakan ekonom Bank Mandiri Destry Damayanti yang memproyeksi dampak ke inflasi karena kenaikan harga BBM hanya 1,2%.

"Sepanjang inflasi masih jauh di bawah BI rate, apalagi kalau naik cuma 15%, saya rasa BI belum menaikkan BI rate tahun ini," tuturnya.

Namun, lanjutnya, jika terjadi kenaikan lagi tahun depan, BI rate perlu naik 25 basis poin (bps) agar tidak terjadi negative real interest rate.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini