SENI KRAMIK: Teknik Putar Miring Hasilkan Produk Paling Banyak

Bisnis.com,24 Sep 2014, 20:38 WIB
Penulis: Deandra Syarizka
Produk keramik olahan/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA-- Produksi keramik dengan menggunakan teknik putar miring dapat hasilkan produk paling banyak dibandingkan dengan teknik lainnya seperti teknik celup tuang dan teknik putar biasa. Hal itu disampaikan seniman keramik Endang Lestari dalam simposium berjudul “Menjaga Tradisi Leluhur Via Tekni Putar Miring” di Galeri Nasional, Rabu (24/09/2014).

Dalam penelitiannya selama dua tahun di Desa Melikan Klaten, Jawa Tengah tersebut, Endang menemukan fakta bahwa setiap pengrajin keramik yang menggunakan teknik putar miring dapat memproduksi 200 hingga 800 kerajinan keramik setiap harinya. Angka ini jauh lebih besar dibandingkan dengan teknik lainnya.

“Dengan tetap menggunakan teknik putar miring ini, para perajin tidak hanya bisa menghasilkan produk dalam jumlah banyak, tetapi juga sekaligus menjaga tradisi leluhur mereka,” ujar Endang kepada Bisnis.com, Rabu (24/09/2014).

 Karena nilai sejarahnya yang tinggi itulah, teknik putar miring Desa Bayat telah menarik perhatian seniman keramik dunia, salah satunya Guru Besar Kyoto University Chitaru Kawasaki.  

Dia khusus datang ke Desa Melikan Pagerjurang untuk melakukan observasi dan penelitian mengenai teknik putar miring. Bahkan, dia pun sampai mendirikan laboratorium gerabah untuk membina masyarakat sekitar mengembangkan produk gerabah menjadi gerabah berglasir yang memiliki nilai tinggi.

Sejarah teknik putar miring ini ditemukan oleh Sunan Pandanaran, murid Sunan Kalijaga, tokoh penyebar Agama Islam di Jawa. Pada mulanya, dia menciptakan teknik ini supaya kaum perempuan perajin gerabah yang saat itu umumnya berjarik atau berkain panjang tetap bisa membuat keramik dengan tetap menjaga kesopanan budaya ketimurannya, yaitu dengan duduk menyamping.

Cara mengoperasikan teknik putar miring sedikit berbeda dengan teknik lainnya. Posisi meja putar yang umumnya horizontal justru dibuat miring sekitar 30 derajat, dan diputar dengan cara mengayuh pedal yang dibuat dari bambu dan tali yang dihubungkan ke pangkal penyanggah meja putar seperti permainan gasing. Dengan demikian, posisi perajin duduk menyamping dengan satu kaki mengayuh pedal bambu, sementara tangan bisa leluasa membentuk.

Untuk memasarkan hasil kerajinannya, perajin menjual keramik mereka di gerai atau kios di sekitar desa.

Menurut Endang, pada beberapa kesempatan mereka menerima pesanan dari beberapa daerah di Pulau Jawa. Bahkan, sebelum krisis global dan krisis ekonomi juga gempa besar melanda Jogja dan Klaten pada 2006, perajin keramik juga banyak mendapat pesanan dari luar negeri.

Banyak investor melirik Pagerjurang sebagai alternatif sentra produksi keramik yang patut diperhitungkan, selain Kasongan dan daerah lain di Pulau Jawa.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini