MUI Soroti Ancaman Kebangkitan Komunisme Gaya Baru di Indonesia

Bisnis.com,01 Okt 2014, 14:10 WIB
Penulis: News Editor

Bisnis.com, JAKARTA - Majelis Ulama Indonesia mengingatkan bangsa Indonesia mewaspadai munculnya pola komunis gaya baru yang bisa menyusup ke segala lini kehidupan khususnya generasi muda dan lembaga pemerintah.

"Ini harus diwaspadai agar tidak ada tindakan-tindakan mengarah ke komunisme menyusup dengan memanfaatkan aliran sekuler dan liberalis," kata Anton Tabah, cendekiawan MUI dalam Halaqoh Kebangsaan "Mewaspadai Gejala Kebangkitan Komunisme Gaya Baru di Indonesia" di Kantor MUI Pusat, Rabu.

Pengurus komisi hukum MUI Pusat tersebut mengaku gejala-gejala masuknya pola komunis gaya baru sekarang ini mulai muncul, antara lain pemahaman salah tentang penafsiran Undang-Undang Dasar 1945, terbukanya kebebasan ala kebarat-baratan hingga pornografi dan pornoaksi yang mulai marak.

"Bahkan, tidak menutup kemungkinan pola tersebut masuk ke lini ekonomi, politik, sosial dan budaya".

Menurut Anton, munculnya pola-pola tersebut dipengaruhi oleh pemanfaatan aliran sekuler dan liberalis serta kebebasan yang diterjemahkan terlalu luas.

Dia berharap rakyat, terutama generasi muda, disadarkan bahwa demokrasi di Indonesia harus bisa menjalankan demokrasi tanpa sekuler serta menjunjung tinggi agama apapun yang dianut di Indonesia.

"Generasi muda Indonesia harus sadar bahwa komunisme, leninisme, marxisme (atheis), bahkan sekulerisme, liberalisme tidak cocok hidup di Indonesia karena bertentangan dengan Pancasila, apalagi dengan agama yang menjadi roh Pancasila," kata Penasihat Kapolri tersebut.

Cendikiawan muslim Salim Said mengatakan sekarang bahaya komunisme sudah tidak ada dan menilai ideologinya sudah bangkrut sebagai gerakan internasional.

"Kalau komunisnya sudah tidak ada. Sedangkan, ancaman sekarang yang ada bukan karena adanya partai komunis, tapi datang dari suatu kesadaran yang dulu berkembang". (ant/yus)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusran Yunus
Terkini