HARI BATIK NASIONAL: Iwet Ramadhan Lebih Senang Disebut Pebisnis Batik

Bisnis.com,03 Okt 2014, 01:10 WIB
Penulis: Rahmayulis Saleh
Iwet Ramadhan, pebisnis batik /twitter

Bisnis.com, JAKARTA - Laki-laki yang terkenal sebagai penyiar radio dan presenter berbagai acara ini, kini lebih senang disebut sebagai pengusaha atau pebisnis batik. Apa pasal, ternyata Iwet Ramadhan sejak beberapa tahun terakhir sudah akrab dengan batik.

“Saya lebih senang dikenal sebagai seorang pebisnis yang mengelola batik. Tapi, saya bukan desainer batik loh,” kilahnya ketika disebut bahwa dia adalah seorang perancang batik.

Iwet yang ditemui dalam peluncuran botol ASI motif batik Pigeon, Kamis (2/10/2014) di Jakarta, dalam rangkaian menyambut Hari Batik Nasional, mengatakan kalau kini dia sudah sangat dekat dengan batik, terutama motif sogan dari Yogya dan Solo.

“Saya pribadi suka dengan sogan, karena filosofinya yang dalam. Selain itu warnanya agak gelap yang cocok dipakai untuk laki-laki,” ungkap pemilik toko batik TikShirt di kawasan Menteng ini.

Kepiawaian laki-laki 33 tahun ini dalam hal mengolah dan mengelola batik, membuat produsen botol susu Pigeon kepincut. Iwet pun digandeng untuk membuat botol susu ASI dengan motif batik.

“Saya sangat antusias ketika pertama kali mendengar konsep botol bayi dengan motif batik yang ditawarkan Pigeon. Terutama saat mengetahui kepedulian perusahaan tersebut yang begitu tinggi terhadap program pemberian ASI eksklusif,” ungkapnya.

Menurut dia, konsep ini adalah inisiatif yang mencakup dua hal positif, yaitu program ASI eksklusif, dan pelestarian budaya lokal. “Ini merupakan suatu kebanggan,” katanya. Dia menampilkan motif kupu-kupu, bangau, sulur, dan bunga seruni dalam desain botol tersebut.

Dalam mendesain corak batik untuk botol ini, dia juga memasukkan unsur-unsur filosofis di dalamnya seperti motif kupu-kupu yang merupakan simbol cinta sejati, yang tidak terpisahkan antara ibu dan anak.  

Sedangkan motif bangau merupakan sebuah titipan doa untuk hidup yang penuh kebahagiaan. Kemudian motif sulur mengandung harapan agar anak dapat tumbuh kembang dengan baik. Dan motif bunga seruni yang melambangkan ketulusan dalam menghadapi hidup, serta kesejahteraan hingga usia senja.

“Selain untuk mendekatkan bayi dengan estetika budaya lokal sejak dini, simbol-simbol tersebut juga menjadi metafora dari sebuah doa untuk kebahagiaan ibu bersama sang buah hati,” ungka Iwet yang juga penulis buku Cerita Batik ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini