Bisnis.com, YOGYAKARTA--Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan memperkuat pelayanan bagi para nasabah lembaga keuangan dengan menambahkan sumber daya manusia (SDM) khusus untuk perlindungan konsumen di kantor OJK di daerah.
Hal itu dikemukakan Anggota Dewan Komisioner OJK bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S. Setiono usai memberikan materi pada acara Training of Trainer Guru Ekonomi Wilayah Provinsi DIY dan sekitarnya di Hotel Royal Ambarukmo Yogyakarta, Selasa (14/10).
Titu – panggilan Kusumaningtuti, mengakui kebutuhan konsumen layanan jasa keuangan terhadap perlindungan tergolong besar. Namun demikian, hingga saat ini regulator baru menempatkan telepon booth di 35 kantor regional dan kantor perwakilan daerah yang langsung terhubung kepada unit perlindungan konsumen di kantor pusat OJK di Jakarta.
Ke depan, ujarnya, pihaknya akan menyiapkan SDM khusus untuk melayani pengaduan dan perlindungan konsumen untuk ditempatkan di kantor-kantor regional dan perwakilan daerah.
“Saat ini, perwakilan OJK di daerah hanya penghubung [untuk pengaduan dan perlindungan konsumen] karena kan belum ada orangnya. Makanya kami rekrut terus. Kami juga rekrut SDM yang khusus menangani edukasi dan literasi untuk konsumen karena itu mesti fokus,” ujarnya.
Selama 2 hari berturut-turut, regulator memberikan pelatihan kepada sekitar 70 pengajar di DIY dan sekitarnya agar lebih paham tentang OJK dan industri keuangan.
Pelatihan tidak hanya dilakukan oleh regulator melainkan pula oleh pelaku di industri jasa keuangan seperti pelaku usaha asuransi, bank, pembiayaan, pegadaian, pasar modal, dan dana pensiun.
Tujuannya agar para pengajar paham tentang industri jasa keuangan dan dapat menularkan pemahaman tersebut kepada para pelajar yang merupakan pangsa pasar potensial bagi industri jasa keuangan ke depan.
“Para pelajar adalah kader masa depan bangsa Indonesia. Untuk meningkatkan literasi dan utilisasi produk keuangan, mereka adalah segmen yang harus dibidik. Para guru dapat menyampaikan pemahaman dan pengetahuannya kepada pelajar,” ujar Titu.
Direktur Literasi dan Edukasi OJK Agus Sugiarto mengatakan selain pelajar, segmen yang dibidik oleh OJK untuk mendongkrak literasi dan utilisasi layanan jasa keuangan nasional antara lain petani, ibu rumah tangga, serta para pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
Dia memaparkan dari tujuh jenis sektor keuangan, hanya perbankan yang memiliki tingkat utilisasi lebih dari 50%.
Artinya, hanya di sektor perbankan saja ada sebanyak lebih dari 50% penduduk Indonesia yang sudah pernah berinteraksi atau melakukan transaksi. Itu pun hanya 57,2%.
“Di perbankan, tingkat utilisasi masih 57,2%. Tingkat literasi masih 21,8%,” katanya.
Di tujuh sektor jasa keuangan lainnya, baik tingkat literasi maupun tingkat utilisasi masih sangat rendah.
Di sektor asuransi misalnya, tingkat literasi nasional hanya 17,8% dengan tingkat utilisasi 11,01%. Di sektor pembiayaan, tingkat literasi hanya 9,8% dengan tingkat utilisasi 6,3%. Di pegadaian, tingkat literasi 14,85% dengan tingkat utilisasi 5,04%.
Di industri dana pensiun dan pasar modal lebih rendah lagi. Tingkat literasi nasional di dana pensiun hanya 7,1% dengan tingkat utilisasi hanya 1,5%. Sementara itu di pasar modal hanya 3,7% (tingkat literasi) dan 0,11% (tingkat utilisasi).
“Oleh karena itu OJK terus mendorong program literasi dan edukasi ke masyarakat. Tahun ini mulai ke pejalar dan pengajar. Tahun depan akan lebih fokus lagi dan diperbanyak,” katanya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel