Virus Ebola Merebak, AS Panik

Bisnis.com,26 Okt 2014, 16:12 WIB
Penulis: Amanda Kusumawardhani
Penanganan virus Ebola terhadap Pasien/Reuters

Bisnis.com, NEW YORK—Aturan baru terkait karantina bagi petugas kesehatan yang baru pulang dari Afrika Barat terus menuai perdebatan. Pro dan kontra semakin mengemuka di tengah kepergian anggota kabinet Presiden Amerika Serikat Barrack Obama yaitu Samantha Power ke Guinea, Liberia dan Sierra Leone.

Seperti diketahui, tiga negara bagian yaitu New York, New Jersey, dan Illinois tengah memberlakukan sanksi karantina bagi siapapun yang memiliki risiko terkena Ebola dari Afrika Barat.

Namun, warga AS yang terkena karantina pertama kalinya di dalam kerangkan aturan tersebut menyebut tindakan pemerintah regional tersebut sebagai ‘kegilaan’ (frenzy of disorganization). 

Kaci Hickox adalah seorang perawat yang tiba di bandara New York pada Jumat (24/10/2014), setelah menunaikan tugasnya di Sierra Lone. Dirinya dihujani ribuan pertanyaan dari petugas setempat dan langsung dilarikan ke ruang isolasi di rumah sakit terdekat.

“Secara tidak langsung, mereka akan diperlakukan sebagai kiriminal dan tahanan. Padahal, mereka pergi ke sana dengan tujuan untuk membantu meluasnya dampak Ebola di Afrika Barat,” katanya di New York, Sabtu (26/10).

New York dan New Jersey memberlakukan karantina selama 21 hari, setelah dokter dari New York City positif terdiagnosa Ebola pada Kamis (23/10).

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini