Permodalan Bank BUMN Menguat, BTN Menurun

Bisnis.com,31 Okt 2014, 00:43 WIB
Penulis: Galih Kurniawan
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Permodalan sejumlah bank BUMN hingga kuartal III/2014 cenderung menguat. Dari empat bank pelat merah, hanya BTN yang mencatatkan penurunan rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR).

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk misalnya mencatatkan CAR 18,57% per September 2014, lebih tinggi dibandingkan September 2013 yang hanya 17,14%. Kondisi serupa juga dicatatkan PT Bank Mandiri Tbk yang membukukan CAR 16,47% hingga September 2014, naik ketimbang periode yang sama pada 2013 yang tercatat 15,14%.

Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk per September 2014 mencatatkan CAR 16,2%, lebih tinggi ketimbang periode yang sama 2013 yang tercatat 15,14%. Situasi berbeda terjadi pada PT Bank Tabungan Negara Tbk yang mencatatkan penurunan CAR yakni dari 16,06% per September 2013 menjadi 14,33% pada September 2014.

Belakangan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) terus memacu peningkatan kualitas permodalan perbankan demi menghadapi implementasi ketentuan Basel III. Jika mengacu pada Basel III bank setidaknya harus memenuhi sejumlah indikator permodalan antara lain conservation buffer, counter cyclical buffer dan capital surcharge.

OJK menegaskan bank harus tetap memupuk modal meskipun tengah dalam kondisi bagus. Conservation buffer akan dikenakan sebesar 2,5% dari exposure secara gradual mulai 2016 hingga 2019. Ketentuan tersebut rencananya akan ditetapkan pada bank dengan skala bisnis kompleks.

Artinya bank dengan kategori bank umum dengan kelompok usaha (BUKU) III dan IV saja yang wajib menjalankan ketentuan tersebut. Persyaratan counter cyclical buffer juga akan dikenakan sebesar 2,5% meskipun penerapannya akan mengacu ada siklus ekonomi yang terjadi.

Direktur Utama BRI Sofyan Basir mengatakan sejauh ini BRI tidak membutuhkan tambahan modal dari pihak manapun. Dia meyakini kualitas permodalan BRI sejauh ini cukup baik. Sofyan optimistis BRI akan mencatatkan kinerja lebih baik tahun depan sesuai dengan kenaikan anggaran yang ditetapkan.

“Misalnya dengan dividend payout ratio 15% sampai 20%, kami masih belum perlu minta [tambahan modal] pada negara atau right issue. Kami sudah bisa generate equity sendiri,” katanya belum lama ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nurbaiti
Terkini