Waspadai, Pelemaham Manufaktur China

Bisnis.com,03 Nov 2014, 19:41 WIB
Penulis: David Eka Issetiabudi
Industri manufaktur China/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA— Penurunan kinerja manufaktur China diproyeksi akan berdampak pada industri dalam negeri dengan serangan produk impor asal negeri tirai bambu tersebut.

Direktur Eksekutif Asosiasi Industri Besi dan Baja Indonesia (IISIA) Hidayat Triseputro mengatakan konsekuensi pelemahan manufaktur China adalah beredarnya produk baja China dengan harga murah, harapannya agar produk tersebut dapat terserap.

“Mereka akan mencari pasar untuk ekspor, dengan harga sekecil apapun. Untuk itu kita harus berhati-hati, aturan mengenai pembatasan impor baja harus sungguh-sungguh diimplementasikan,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Senin (3/11/2014).

Bisnis mencatat, faktor utama pelemahan purchasing manager’s index (PMI) China adalah lesunya permintaan baik dari dalam maun luar negeri. Tidak hanya itu, perusahaan harus mengeluarkan biaya produksi yang lebih tinggi, akibat saat ini sulit untuk mencari pembiayaan yang terjangkau. Data PMI yang dirilis Pemerintah China menunjukkan pada Oktober 2014 adanya penurunan ke level 50,8 setelah bulan sebelumnya berada pada level 1,1.

Hidayat mengatakan, proteksi yang pemerintah berikan tidak hanya menyentuh sektor hulunya saja, tetapi juga hingga sektor hilir. Larangan ekspor baja, seperti Peraturan Menteri Perdagangan Nomor 28/2014 tentang Ketentuan Impor Baja Paduan diharapkan menjadi pendukung untuk industri baja lokal semakin kuat.

“Kalau industri hulunya sudah diselamatkan, harusnya juga ada proteksi untuk industri hilir agar produk impor juga tidak seenaknya masuk. Seperti safeguard misalnya, kalau ada di hulu, sektor hilirnya juga diberlakukan,” tuturnya.

Dia menambahkan, saat ini konsumsi baja nasional masih dianggap kecil akan tetapi memiliki potensi pertumbuhan yang besar. Sehingga pemerintah wajib menjaga itu, dan mendukung industri dalam negeri untuk menang di rumahnya sendiri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini